Lombok Timur (Inside Lombok) – Menjelang pelaksanaan ibadah puasa di bulan suci Ramadan, masyarakat ramai mengunjungi makam untuk berziarah ke kubur keluarga masing-masing. Tradisi ini sudah melekat di tengah masyarakat untuk menjalin silaturahmi antar sesama, khususnya bagi keluarga yang telah lebih dulu meninggal dunia sebagai tanda pengingat bahwa kematian pasti akan datang dan penanda bahwa masih ingat dengan keluarga.
Seperti yang terlihat di kuburan umum Pringgasela, sejak H-3 Ramadan masyarakat telah ramai berkunjung ke kuburan keluarga masing-masing. Itu sudah menjadi tradisi ketika menjelang Ramadan dan usai pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri.
Menjelang datangnya bulan Ramadan, tradisi ziarah makam yang dikenal juga dengan tradisi ‘Nyekar’ menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Nyekar ini pada dasarnya sama dengan ziarah kubur pada hari-hari biasa, namun lebih spesifik dilakukan sebelum memasuki bulan puasa.
“Kami melakukan ziarah kubur sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga yang telah meninggal sekaligus mempererat silaturahmi di antara anggota keluarga yang masih hidup,” ujar Maman, salah satu warga yang ditemui di pemakaman umum Pringgasela, Jumat (01/03/2025).
Tradisi ini juga menjadi momen berkumpulnya keluarga besar untuk bersama-sama mendoakan keselamatan bagi kerabat yang telah tiada. Tak heran jika pada waktu-waktu menjelang Ramadan, masyarakat berbondong-bondong mendatangi makam keluarganya.
“Tidak jauh berbeda dengan ziarah kubur pada umumnya, hanya saja tradisi ini dilakukan khusus di hari-hari menjelang Ramadan, sekitar H-3 hingga H-1. Selain itu, ini juga menjadi kesempatan bagi keluarga besar untuk berkumpul dan berdoa bersama,” jelas Yusron, seorang warga lainnya.
Selain berdoa, ziarah kubur ini juga memiliki makna yang lebih dalam. Selain sebagai pengingat akan kematian, tradisi ini juga mempererat hubungan keluarga serta menjadi ajang refleksi diri sebelum memasuki bulan suci Ramadan. “Kami tidak hanya berdoa, tetapi juga membersihkan dan merapikan makam keluarga sebagai bentuk penghormatan,” tambahnya.
Bagi masyarakat, nyekar sebelum Ramadan juga dianggap sebagai wujud rasa syukur atas umur yang masih diberikan serta sebagai upaya memperkuat keimanan sebelum menjalani ibadah puasa. (den)