26.5 C
Mataram
Selasa, 1 Oktober 2024
BerandaMataramKasus Stunting di Mataram Turun Jadi 8,61 Persen

Kasus Stunting di Mataram Turun Jadi 8,61 Persen

Mataram (Inside Lombok) – Memasuki 2024 ini, kasus stunting di Kota Mataram mengalami penurunan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi NTB, kasus stunting dari 8,98 persen turun menjadi 8,61 persen hingga akhir Januari 2024 lalu.

Kepala Dikes Kota Mataram, Emirald Isfihan mengatakan penurunan stunting di Kota Mataram terjadi hampir setiap bulan. Penurunan ini disebut merupakan kerja bersama dengan semua stakeholder di Kota Mataram. “Kemarin kan 2120 orang dan sekarang itu 2000-an orang. Ini penimbangan terakhir bulan Januari. Artinya skenarionya ini tetap kita terapkan,” katanya, Kamis (22/2) pagi.

Emirald mengatakan untuk mencapai penurunan angka stunting lebih maksimal terus dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait. Termasuk memperkuat peran kader dalam memberikan edukasi melalui kegiatan posyandu keluarga (posga). “Masyarakat kita sudah lebih rajin ke posyandu. Kita juga kerjasama dengan lurah untuk datang ke posyandu karena itu mempengaruhi hasil pengukuran juga,” katanya.

Selain itu, kasus stunting yang disertai dengan penyakit, pihaknya memastikan tetap melakukan pendampingan. Kasus-kasus tersebut akan mendapatkan pendampingan khusus dari puskesmas sesuai dengan wilayah masing-masing. “Penyakit kita tetap dampingi juga. itu tersebar di masing-masing puskesmas dan tetap melakukan pendampingan,” tegasnya.

- Advertisement -

Dalam layanan kasus stunting ini, lanjut Emirald, lebih fokus melakukan penanganan terhadap balita usia 0-24 bulan. Meski demikian intervensi tetap dilakukan untuk anak yang berusia diatas melalui melalui program berbeda termasuk kasus stunting dengan penyakit bawaan. “Yang memiliki penyakit ini masih ada dan tetap kita dampingi,” ucapnya.

Diakuinya, untuk penanganan stunting dengan penyakit penyerta belum bisa didapat data signifikan. Hal ini disebabkan ada proses sehingga butuh waktu penanganan dan pendampingan lebih lama. “Kita harus selesaikan dulu penyakitnya, pendampingan penyakit, barulah kita bisa intervensi tumbuh kembang sehingga bisa terlihat progres pertumbuhannya,” katanya. (azm)

- Advertisement -


Berita Populer