Mataram (Inside Lombok) – Nusa Tenggara Barat (NTB) cukup dikenal sebagai daerah pariwisata dengan berbagai destinasi yang ada. Terlebih adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok Tengah, Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan beberapa daerah wisata lainnya. Namun untuk mendorong perkembangan, NTB harus berbenah baik dari segi infrastruktur maupun penyelenggaraan event.
Pengamat Ekonomi Universitas Mataram, Firmansyah mengatakan jika melihat kecenderungan ke depan suku bunga bank Amerika Serikat serta beberapa negara Eropa akan meninggi. Tentunya ekonomi negara-negara besar sedang melambat sehingga butuh topangan pasar uang.
Akibat bunga tinggi, dollar Amerika juga cenderung menguat. Bila demikian, sektor pariwisata dan ekspor biasanya diuntungkan. “Sebagai daerah wisata, NTB kudu benah-benah, manfaatkan momentum. Siapkan segala kebutuhan, kenyamanan orang datang. Setelah itu, bikin sebanyak-banyaknya event. Dalam satu tahun ini harus tuntas didesain dan disepakati,” ungkap Firmansyah, Kamis (26/10).
Beberapa event yang diselenggarakan sudah cukup banyak, baik event lokal, nasional hingga internasional. Kendati harus kembali dibenahi dengan kemasan lebih menarik lagi. Sehingga minat orang untuk datang berwisata ke NTB akan semakin meningkat. Baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
“Apalagi pasca pandemi, sebagian kelas leisure tentu masih ada saving (simpanan,red) untuk sekedar menikmati hidup, berwisata. Karena akumulasi modal ke orang-orang kaya diduga menumpuk diera 4.0,” terangnya.
Berdasarkan analisa Chief Economist Pertama Bank, Josua Pardede, kondisi ini menjadi momentum bagi daerah yang core-nya pariwisata. Maka dari itu fokus benahi kelembagaan pariwisata. Setelahnya, fokus desain untuk datangkan sebanyak-banyaknya orang.
“Insyaallah NTB akan lebih baik. Teknologi juga harus dibuat efisien. Dimana efisien kata lain cost bisnis berkurang, pendapatan melonjak. Tapi di level pekerja, jumlah pekerja semakin menipis, akibat diganti mesin. Kalau-pun beberapa yang bertahan, gajinya tidak beranjak dari UMR. Itu juga harus dibenahi,” imbuhnya.
Pariwisata berkualitas mengacu pada pengalaman perjalanan yang menekankan standar layanan tinggi, otentisitas, keberlanjutan, dan kepuasan pelanggan secara keseluruhan. Lebih dari sekadar berwisata melihat pemandangan indah. Namun mengedepankan pengalaman yang bermakna dan meningkatkan apresiasi pengunjung terhadap pelestarian alam, budaya, dan sosial di destinasi yang dikunjungi.
Tak hanya itu saja, pariwisata berkualitas melibatkan atraksi yang dikelola dengan baik, layanan yang personal, dan komitmen terhadap praktik yang bertanggung jawab dan etis dalam industri pariwisata. Dimana kualitas atau mutu merupakan salah satu faktor peningkatan daya saing dan terwujudnya kinerja sebuah Destinasi. Daya saing dan kinerja membuat pengelola destinasi selalu memperhatikan kualitas layanan yang mereka tawarkan agar dapat memenuhi permintaan pelanggan. (dpi)