Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pendidikan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengatakan tidak ingin gegabah menghentikan simulasi pembelajaran tatap muka (PTM), yang sudah berlangsung selama selama 11 hari ini.
“Dalam hal ini, kita tidak ingin gegabah menghentikan simulasi PTM. Apa yang menjadi edaran Gubernur Nusa Tenggara Barat, akan kita diskusikan dengan Gugus COVID-19, dan Forkopimda,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram H Lalu Fatwir Uzali di Mataram, Selasa.
Hal itu disampaikannya menyikapi kebijakan dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yang telah mengeluarkan kebijakan bahwa PTM dihentikan di seluruh NTB, kecuali untuk siswa kelas akhir yang akan menjalani asesmen nasional.
Menurutnya, edaran yang disampaikan Gubernur NTB tersebut akan dipahami dulu dan dikolaborasikan dengan edaran dari pemerintah pusat. Pasalnya, pada edaran dari pemerintah pusat ada kalimat menyebutkan sesuai dengan level kewaspadaan masing-masing daerah.
“Kalimat tersebut, akan kita coba kolaborasikan dengan surat edaran Gubernur NTB dan menyesuaikan dengan situasi perkembangan COVID-19 di Mataram. Mataram saat ini berstatus zona oranye, bukan merah dan itu bisa menjadi pertimbangan,” katanya.
Berdasarkan hasil evaluasi sementara dari seluruh kepala sekolah terhadap kegiatan simulasi PTM baik tingkat TK, SD maupun SMP, sejauh ini berjalan lancar dan banyak orang tua yang mengacungkan jempol dengan sistem PTM saat ini.
Pasalnya, hampir semua sekolah sudah melaksanakan upaya pencegahan COVID-19, dengan menerapkan protokol kesehatan baik itu terkait dengan masker, mencuci tangan, maupun menjaga jarak.
“Jadi anak-anak sudah enjoy masuk sekolah, bisa bertemu dengan teman-temannya, guru sehingga tugas lebih terarah dan banyak informasi penting yang didapatkan dari guru tidak hanya sebatas dari whatsapp saja,” katanya.
Fatwir mengakui, untuk penerapan protokol kesehatan di lingkungan sekolah sudah dilaksanakan secara ketat dan maksimal. Yang menjadi masalah selama ini adalah ketika anak-anak sudah berada di luar lingkungan sekolah.
“Masih ada anak yang pulang bergerombol dan tidak mentaati protokol kesehatan. Inilah yang perlu kita cari solusinya lagi,” katanya. (Ant)