Mataram (Inside Lombok) – Calon presiden (capres) 01, Anies Rasyid Baswedan datang ke NTB kedua kalinya. Kedatanganya kali ini untuk menggelar rapat umum atau kampanye di hadapan ribuan pendukungnya. Kendati, di antara pendukung itu, tidak sedikit anak-anak yang juga terlihat ikut terlibat.
Menanggapi situasi itu, juru bicara (jubir) pasangan AMIN (Anies – Muhaimin) sekaligus mantan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah mengatakan keterlibatan anak-anak pada masa kampanye sulit dihindari. Pasalnya, para orang tua justru membawa anak, terkadang karena tidak ada tempat untuk menitipkannya.
“Ini tidak bisa dihindari. Walaupun sudah ada larangan, tapi orang tua tidak mungkin meninggalkan anaknya di rumah,” katanya, Selasa (6/2) siang. Sementara terkait dengan adanya orang tua yang memakaikan atribut partai kepada anaknya, Zul menilai hal itu terjadi lantaran orang tua belum mengerti. “Itu belum mengerti saja (aturan),” katanya.
Menurutnya, untuk bisa menghadirkan demokrasi yang matang di tengah masyarakat masih membutuhkan waktu. Karena jika masyarakat sudah mulai paham tentang hal tersebut maka keterlibatan anak-anak bisa dicegah. “Saya kira untuk menghadirkan demokrasi yang matang masih membutuhkan waktu,” katanya.
Sementara itu, Anggota Bawaslu NTB, Hasan Basri mengakui adanya anak-anak yang ikut terlibat pada kampanye capres 01. Namun, keterlibatan anak-anak ini disebut bukan karena ada mobilisasi melainkan disebabkan lokasi kampanye yang dekat dengan kampung warga.
“Kami tanya anak-anak rata-rata dari kampung sebelah. Mencari makan minuman. Mereka bilang tidak dilibatkan, tapi karena ada music-musik makanya masuk dan pada saat jam pulang sekolah,” katanya.
Sementara terkait adanya anak-anak yang bawa bendera partai politik atau atribut kampanye lainnya, Hasan mengatakan atribut tersebut hanya digunakan anak-anak karena cuaca yang terik. Setelah diimbau, semua atribut dilepas dan sebagian anak-anak pulang.
“Kami turun. Anak-anak kami temukan. Setelah kami kasih tau tidak boleh dan mereka mencopot atributnya. Ada yang pakai seragam SD,” katanya. Menurut Hasan, pintu masuk lokasi kampanye tidak ada pembatas maka anak-anak tersebut masuk dari sebelah barat dan timur. Dengan begitu, tidak bisa diawasi semuanya.
Langkah lain yang dilakukan yaitu dengan memberikan himbauan secara rutin kepada massa kampanye melalui pengeras suara agar tidak membawa anak-anak atau menjauhkannya dari panggung utama. Imbauan tersebut secara tertulis dan sudah diinformasikan kepada tim kampanye daerah (TKD) sebelum pelaksanaan kampanye.
“Tadi kami sudah himbau agar tidak melibatkan anak-anak. Imbauan kami secara tertulis dan ketemu langsung dengan pihak tkd sebelum pelaksanaan kampanye. Tadi saat kampanye kami juga minta agar diumumkan melalui pengeras suara agar tidak melibatkan dan atau anak-anak agar keluar dari lapangan,” katanya. (azm)