Mataram (Inside Lombok) – Tim Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) yang selalu terjun menolong dalam situasi darurat biasanya didominasi oleh laki-laki. Namun, di Basarnas Mataram ada dua orang anggota perempuan yang tidak kalah berani, salah satunya adalah Anggraeni Fentiastuti (31).
Pada hari ibu ini, Anggraeni Fentiastuti belum bisa merayakannya karena harus terlibat dalam pencarian mayat di salah satu pantai di Mataram. Meski tidak merayakan, tapi sebuah pesan singkat membuat ibu dua anak itu merasa bahagia karena mendapatkan ucapan selamat hari ibu dari anak sulungnya.
“Cuma dapat ucapan selamat saja. Biasanya juga tidak pernah ada kado jadi cukup ucapan saja,” katanya, Jumat (22/12) sore saat pulang dari pencarian mayat di salah satu pantai di Mataram.
Anggraeni Fentiastuti bercerita sudah menjadi bagian dari Basarnas Mataram sejak 13 tahun yang lalu. Menjadi bagian dari Basarnas merupakan impiannya untuk bisa membantu orang lebih banyak lagi.
Pekerjaan yang dilakoni saat ini pun memiliki risiko yang cukup berat, termasuk harus sering meninggalkan dua orang anaknya untuk tetap siaga sebagai tim Basarnas yang harus siap terjun ke lapangan kapan saja. “Paling berat meninggalkan anak-anak. Ada yang sudah duduk di bangku sekolah dasar dan yang satunya masih usia 5 tahun,” katanya.
Pekerjaan yang didominasi laki-laki ini memiliki tantangan yang cukup berat. Karena jika ada korban yang hilang, maka pencairan yang dilakukan hingga berhari-hari. “Kadang-kadang kita tugas lebih dari sehari,” katanya.
Ia menceritakan, selama menjadi bagian dari tim Basarnas pencarian pernah dilakukan di wilayah yang tidak ada sinyal sama sekali. Lokasi-lokasi pencarian bukan di tempat yang mudah dijangkau. Selama berada di lokasi pun pencarian minim penerangan sehingga hanya bermodalkan cahaya dari ponsel.
“Jarang di tempat yang mudah kalau untuk pencarian ini. Macam-macam, ada yang di laut. Berbagai macam risikonya, misal cuaca buruk seperti gelombang tinggi dan juga pernah mencari di gunung,” ungkapnya.
Pencarian yang paling haru menurutnya ketika mencari anak yang hilang. Sebagai seorang ibu dua anak momen tersebut sangat sedih dan membayangkan berada pada posisi orang tuanya yang kehilangan anak. “Yang paling sedih ketika mencari anak hilang. Bayangkan sebagai orang tuanya kan sedih sekali,” lirihnya.
Meksi menjadi tim Basarnas, semua anggota keluarga memberikan dukungan dengan profesinya saat ini. Terlebih saat ini, dia mengaku satu profesi dengan suaminya. “Suami saya satu profesi sama saya. Mereka itu support sistem. Tapi tugas di rumah harus selesai dulu baru kita kerjakan yang lain,” ucapnya.
Pada 22 Desember ini, ia mengucapkan selamat hari ibu kepada seluruh orang tua yang ada di Indonesia baik yang berkarir atau sebagai ibu rumah tangga saja. Karena setiap ibu sudah sangat berprestasi di bidangnya masing-masing. “Semua ibu itu hebat dan berprestasi. Selamat hari ibu,” ucapnya. (azm)