27.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaTeknologiPercepat Transisi Energi Bersih, PLN NTB Maksimalkan Pemanfaatan EBT

Percepat Transisi Energi Bersih, PLN NTB Maksimalkan Pemanfaatan EBT

Mataram (Inside Lombok) – Upaya pengurangan emisi dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) terus dilakukan PLN NTB. Hal ini sebagai salah satu cara mempercepat transisi energi bersih dan mengurangi emisi karbon dalam penggunaan energi fosil.

Kebutuhan EBT di tengah tantangan yang dinamis memang perlu dijawab dengan pemanfaatan bioenergi sebagai sumber energi yang ramah lingkungan. Manager PLN Unit Pelaksana Pembangkitan Lombok, Anton Wibisono menjelaskan saat ini PLN telah memanfaatkan komposisi bauran EBT dalam pembangkit listrik yang dikelola.

Terhitung realisasi kapasitas EBT di tahun 2022 adalah 40,52 MW atau sebesar 8,05 persen dari kapasitas total daya mampu yang dibangkitkan. Sementara sampai dengan Desember 2023 PLN telah merencanakan penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 8,3 persen dari kapasitas total atau sebesar 41,82 MW.

“Saat ini kontribusi energi terbarukan sekitar 4,09 persen dari total energi produksi pembangkit, yaitu dari tenaga surya sebesar 1,74 persen, air sebesar 2,2 persen dan biomassa sebesar 0,15 persen, sehingga total daya yang bersumber dari EBT sebesar 40,51 MW. Ini terdiri dari 18,59 MW PLTMH dan 21,92 MW PLTS,” jelas Anton.

Anton juga menjelaskan bahwa program penambahan pembangkitan EBT ini telah masuk dalam agenda RUPTL tahun 2023-2032 guna memenuhi kebutuhan demand melalui penambahan pembangkit serta mendukung peningkatan program bauran energi EBT nasional.

Capaian ini menjadi salah satu bukti keseriusan PLN mendukung Pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) menuju target 33,15 persen di tahun 2032 dengan rencana penambahan kapasitas pembangkit EBT di tahun tersebut sebesar 166,59 MW.

PLN NTB sendiri sudah menggunakan bioenergi ini di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) melalui teknologi cofiring, yakni penggunaan biomassa sebagai bahan bakar substitusi batubara, baik sebagian ataupun seluruhnya.

Jenis co firing yang digunakan adalah sampah yang telah diolah menjadi Solid Recovered Fuel, sekam padi, serbuk kayu, bonggol jagung dan juga serpihan atau potongan kayu (wood chip). Melalui teknologi ini, PLN tak hanya mengurangi angka ketergantungan akan batu bara tetapi juga menghasilkan energi yang lebih bersih.

“Implementasi co-firing akan memberikan dampak terhadap penurunan emisi karbon. Tak hanya itu, juga akan berdampak pada pergerakan ekonomi masyarakat karena akan melibatkan banyak masyarakat dalam proses implementasinya,” tutup Anton. (r)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer