32.5 C
Mataram
Jumat, 17 Mei 2024
BerandaTradisi BudayaPunya Nilai Tinggi, Perang Topat Masuk Daftar Kharisma Event Nusantara

Punya Nilai Tinggi, Perang Topat Masuk Daftar Kharisma Event Nusantara

Mataram (Inside Lombok) – Tradisi Perang Topat di Lingsar, Lombok Barat disebut memiliki nilai yang cukup tinggi, hingga masuk dalam daftar Kharisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Selain melestarikan tradisi budaya yang ada, event seperti Perang Topat yang digelar juga diharapkan bisa membangkitkan ekonomi masyarakat.

Direktur Event Daerah Kemenparekraf RI, Reza Pahlevi mengatakan Perang Topat memiliki nilai tinggi karena diangkat dari tradisi di Lombok, khususnya dari dua agama yaitu Islam dan Hindu. Melihat antusias warga yang datang diharapkan bisa tetap digelar.

“Ini memang bernilai tinggi karena berangkat dari tradisi budaya yang ada di Lombok Barat,” katanya Senin (27/11) sore. Peningkatan ekonomi pun diharapkan terjadi dari ramainya pengunjung yang datang, baik menjadi peserta maupun penonton.

Setiap event, lapak-lapak pedagang juga mulai digelar dan ramai pembeli. “Seperti kita lihat ini banyak sekali lapak-lapak dan ramai sekali pengunjung,” ujarnya.

- Advertisement -

Event perang topat sejauh ini tidak saja menarik wisatawan lokal melainkan juga mancanegara. “Ini juga berdampak bagi masyarakat lokal. Parkiran juga lancar, PKL dan usaha masyarakat,” tegasnya.

Ia mencontohkan, tidak saja perang topat berbagai event internasional juga sudah mampu membuktikan nama daerah diketahui luas oleh masyarakat di Indonesia bahkan dunia. Salah satunya event MotoGP yang mampu mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah bahkan dunia.

“Adanya sirkuit Mandalika itu nama Lombok dikenal oleh masyarakat dunia. Jadi melalui event ini nama daerah menjadi dikenal lebih luas,” katanya.

Bupati Lombok Barat, Sumiatun mengatakan pelaksanaan perang topat (ketupat) di Pura Lingsar masih terus dilestarikan hingga saat ini. Perang yang menandakan kerukunan umat beragama khusus Hindu dan Islam di Lombok. Tradisi ini juga sebagai salah satu cara merayakan hasil panen yang melimpah.

Ia mengatakan, acara tradisi perang topat diawali dengan di Kemaliq di Pura Lingsar setelah itu ketupat yang sudah disiapkan penyelenggara digunakan untuk saling lempar. Para peserta yang mendapatkan ketupat dibawa pulang untuk dijadikan sebagai pupuk.

“Sebagai perwujudan toleransi dan pluralisme yang terjadi ditengah masyarakat. Ketupat yang sudah pakai untuk perang ini dibawa pulang khususnya petani karena diyakini bisa menjadi pupuk di sawah atau kebun yang akan ditaburkan disana,” ungkapnya. (azm)

- Advertisement -

Berita Populer