28.5 C
Mataram
Jumat, 22 November 2024
BerandaTradisi BudayaRefleksi Perang Topat Lingsar, Warisan Budaya yang Sarat Nilai Toleransi

Refleksi Perang Topat Lingsar, Warisan Budaya yang Sarat Nilai Toleransi

Lombok Barat (Inside Lombok) – Terus dijaga secara turun-temurun, tradisi Perang Topat di Lingsar, Lombok Barat menjadi salah satu simbol kerukunan umat beragama. Bahkan, tradisi ini dinilai memiliki makna budaya yang mengajarkan tentang nilai-nilai toleransi antar umat beragama.

“Tradisi ini memiliki makna penting dan mengajarkan kita tentang toleransi antar umat beragama, yaitu agama Hindu dan Islam. Masyarakat tetap hidup rukun dan berdampingan,” ujar Bupati Lobar, Sumiatun saat menghadiri perayaan Pujawali dan Perang Topat di Kemaliq Lingsar, Senin (27/11/2023) sore.

Menurutnya, tradisi ini juga sebagai ungkapan rasa syukur dan doa agar panen berhasil dan melimpah. Kentalnya nilai tradisi dan adat istiadat yang masih terpelihara dalam balutan Perang Topat ini diharapkannya mampu menjadi daya tarik untuk menggaet kunjungan wisatawan.

“Ini tentu akan menjadi even tradisi budaya yang menarik yang dapat mendatangkan dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Lombok Barat,” imbuhnya. Karena itu, Sumiatun meminta seluruh jajarannya, khususnya Dinas Pariwisata untuk tetap menguatkan sinergitas dan kolaborasi dengan berbagai pihak, agar event ini dapat dikemas dan dipromosikan dengan lebih luas dan dapat menjangkau wisatawan yang lebih luas.

“Kami berharap agar tradisi ini dapat terus dilestarikan dan kami juga berharap agar event ini dapat menjadi salah satu event tahunan yang menarik minat wisatawan berkunjung,” pungkas bupati perempuan pertama di Lombok ini.

Sementara itu, Penjabat Gubernur NTB, Lalu Gita Ariadi mengatakan Perang Topat merupakan warisan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Lombok. Karenanya ia mengajak semua pihak untuk tetap melestarikan berbagai even dan tradisi budaya yang ada di lingkungannya.

Menurutnya tradisi Perang Topat memiliki makna mendalam terhadap nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari hari. Sehingga melalui tradisi ini diharapkan bisa semakin menguatkan nilai kebersamaan dan persahabatan yang telah terjalin antar dua umat beragama tersebut.

“Tradisi Perang Topat ini adalah warisan budaya, yang harus kita terus pelihara. Kita berharap agar dengan tradisi ini nilai-nilai toleransi tetap hidup dalam kehidupan kita semua,” pesan Gita. (yud)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer