25.5 C
Mataram
Minggu, 28 April 2024
BerandaTradisi BudayaPerang Topat di Lingsar, Peserta Keluhkan Waktu dan Jumlah Ketupat Terbatas

Perang Topat di Lingsar, Peserta Keluhkan Waktu dan Jumlah Ketupat Terbatas

Lombok Barat (Inside Lombok) – Tradisi Perang Topat kembali digelar di Lingsar, Senin (27/11) kemarin. Sayangnya, durasi event yang pendek serta jumlah ‘topat’ alias ketupat yang terbatas sebagai amunisi perang justru menjadi keluhan peserta. Pasalnya, hal itu membuat Perang Topat tidak berlangsung lama.

Setelah perayaan Pujawali di Pura Lingsar, terlihat masyarakat mulai memadati area Kemaliq di kawasan tersebut untuk segera menyaksikan Perang Topat. Tradisi ini sejatinya menjadi simbol kerukunan umat Islam dan Hindu yang ada di Lingsar, Lombok Barat.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Bupati Lobar, Sumiatun serta pejabat lainnya mulai melemparkan ketupat sebagai tanda dimulainya Perang Topat. Namun, sebagian besar peserta justru mengeluhkan durasi perang topat yang dianggap terlalu singkat, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.

Selain karena terbatasnya jumlah ketupat yang disediakan panitia, hal ini diduga karena ada personel kepolisian yang berjaga kurang diberi pemahaman terkait esensi Perang Topat itu sendiri. “Kalau polisi tidak ngerti adat, setidaknya jangan merusak adat lah. Dari zaman nenek moyang kami sampai sekarang tidak pernah yang namanya sampai terjadi perang besar (permusuhan) setelah Perang Topat,” ketus salah seorang peserta, Senin (27/11/2023).

- Advertisement -

Dari lokasi yang sama, peserta Perang Topat lainnya, Wildan juga mengeluhkan sedikitnya ketupat yang disediakan panitia hingga durasi Perang Topat hanya sebentar. “Dari pihak empen gawe (yang punya acara) atau pemaliknya, topat-nya terbatas. cuma segitu yang dikeluarkan,” ujarnya.

Ia pun tak menepis meski prosesi dalam perayaan Perang Topat tahun ini terasa berbeda dari tahun sebelumnya akibat durasi yang lebih pendek. “Masukan untuk panitia Perang Topat, ke depannya semoga lebih meriah lagi dari tahun ini,” pesannya.

Menanggapi hal itu, Ketua Pujawali Pura Lingsar, Anak Agung Ketut Agung Oka Karte Wirya mengaku panitia telah menyiapkan seluruh rangkaian Pujawali dan Perang Topat itu secara matang. Ketika disinggung terkait keluhan warga atas sedikitnya ketupat yang dipergunakan untuk perang, Ia beralasan pembuatan ketupat menjadi ranah pihak Suku Sasak.

“Ada panitia desa yang dibentuk dari pemalik, memang sudah kita punya bagian sendiri-sendiri. Yang Sasak mereka yang dapat kebagian (menyiapkan) ketupat. Kita dari Bali tidak boleh mencampuri internal dari Sasak,” terang Wirya.

Dikonfirmasi terpisah, Kabid Pemasaran Dispar Lobar, Irman Sumantri yang dimintai keterangan terkait beberapa keluhan tersebut mengaku akan menampungnya untuk menjadi catatan agar dapat dibenahi dalam perayaan di tahun-tahun yang akan datang. “Kita akan berkoordinasi dengan Pemalik Lingsar, juga Krama Pura untuk ke depanya lebih baik seperti apa,” ujarnya.

Pihaknya pun tak membantah terkait ketupat yang disediakan tahun ini terbatas, sehingga ketika perang hanya bisa berlangsung singkat, karena ketupat yang menjadi amunisi sudah habis. “Ke depan jumlah topat-nya diproduksi lebih banyak, memang tadi itu terus terang topat-nya sedikit. Sehingga asupan topat dari dalam lebih sedikit. Dan sebentar dilempar saja sudah habis,” tandas Irman. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer