Mataram (Inside Lombok) – Dinas Parwisata Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, meluncurkan program “bis kopi” (bus coffe) sebagai satu konsep mendekatkan pelayanan kepada konsumen sekaligus sebagai media promosi potensi pariwisata.
“Bis kopi ini, dikonsep agar masyarakat tidak hanya menikmati sajian kuliner dalam bus, tapi masyarakat bisa menikmati suasana keliling Kota Mataram,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Senin.
Bis kopi ini merupakan terobosan dari para pelaku usaha pariwisata yang tergabung dalam HTI (himpunan pramuwisata Indonesia), menyulap bus pariwisata mereka menjadi tempat kuliner karena selama pandemi COVID-19, bus pariwisata miliknya tidak pernah beroperasional.
Bus tersebut setiap harinya, siaga di distro kulier Taman Budaya Jalan Majapahit, mulai pukul 16.00-18.00 Wita. Adapun, fasilitas di dalam bus tersebut sudah disiapkan tempat duduk dengan desain berhadap-hadapan seperti halnya di kereta api dengan kapasitas 26 orang.
“Jumlah kapasitas itu sudah disesuaikan dengan protokol COVID-19, karena setengah dari kapasitas normal. Kalau normal, isinya bisa 50 orang,” ujarnya.
Selain itu, tambah Denny, disiapkan makanan ringan, kopi dengan berbagai rasa, “live music”, hiburan komedi, serta setiap penumpang di bis kopi akan diajak berkeliling ke sejumlah objek wisata Kota Mataram.
“Kita bisa menikmati sensi ngopi di atas bus sambil keliling kota. Untuk menikmati fasilitas itu, mereka memasang tarif Rp49 ribu per orang,” katanya.
Denny menyebutkan, beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi dengan menggunakan bis kopi ini adalah Taman Budaya, ke Gapura Tembolak, Ampenan, Bekas Bandara, Islamic Center, Mayure, kemudian balik lagi ke Taman Budaya.
“Di setiap titik wisata petugas akan menjelaskan sejarah tentang objek wisata yang dikunjungi. Penumpang juga bisa turun untuk foto-foto,” katanya.
Dikatakan, pangsa pasar bis kopi ini memang dihajatkan untuk tamu dari luar daerah, tapi karena saat ini masih sepi, maka tamu lokal diharapkan bisa memberikan partisipasinya.
“Pemanfaatan bus ini, sementara banyak dipesan oleh ibu-ibu arisan, anak sekolah, dan komunitas-komunitas lainnya,” katanya.
Dia menilai, langkah yang dilakukan HTI ini bentuk ekonomi kreatif di tengah lesunya kondisi ekonomi khususnya sektor pariwisata saat pandemi COVID-19.
“Sebelum pandemi COVID-19 berakhir, masyarakat dituntut memunculkan hal-hal baru untuk mendongkrak ekonomi. Konsep mendekatkan produk dengan konsumen menjadi salah satu trik jitu,” katanya.
Lebih jauh, Denny mengatakan, konsep “bus coffe” ini bisa menjadi media promosi potensi pariwisata di Kota Mataram, kendaraan akan menyisir sudut-sudut Ibu Kota Nusa Tenggara Barat.
“Masyarakat dari dalam kota yang selama ini belum tahu destinasi wisata kota, bisa mengenalnya melalui bis kopi. Begitu juga dengan masyarakat luar Kota Mataram,” katanya.
Dikatakan, keberadaan bis kopi ini ke depan armadanya bisa terus ditambah seiring dengan animo publik. Dengan demikian, Mataram tidak hanya menghadirkan destinasi wisata alam, ada ruang rekreasi keluarga dan anak yang dikonsep tematik.
“Nantinya di spot-spot ini dilengkapi dengan tempat kuliner. Jadi, bis nanti bisa singgah di sana. Wisatanya dapat, ekonominya berputar,” katanya. (Ant)