Lombok Tengah (Inside Lombok) – Pentingnya mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang bisa berdaya saing dalam mengembangkan Destinasi Super Prioritas Mandalika. Dalam hal ini berkaitan juga dengan kesiapan masyarakat selaku pelaku usaha pariwisata untuk dapat melihat dan memanfaatkan peluang.
Sama halnya dengan Desa Wisata Penujak, di kecamatan Praya Barat yang begitu terkenal dengan produk gerabahnya. Di mana saat ini justru dinilai sedang mati suri. Padahal lokasinya yang dinilai dekat dengan Mandalika, harusnya dapat menjadikannya desa wisata yang dapat menggaet minat wisatawan untuk lebih mengenal produk kerajinan gerabah yang menjadi unggulan Lombok Tengah. Serta, dapat memperkenalkan kepada para wisatawan bagaimana kemudian proses pembuatan souvenir tersebut.
“Memang, Penujak pasca gempa, apalagi pandemi jika dilihat, memang luar biasa mundurnya” ungkap Kasi kerjasama dan Kemitraan Dispar Loteng, Sapar, saat ditemui usai menghadiri FGD yang diselenggarakan Kemenparekraf di Senggigi, Kamis (19/11/2020).
Jika dibandingkan dengan dua tahun yang lalu, lanjutnya, produk-produk handy craft dari Penujak tersebut bisa tembus pasar ekspor. Namun, saat ini, berkurangnya wisatawan yang berkunjung akibat pandemi ini disinyalir sebagai salah satu hal yang turut memiliki pengaruh besar. Dalam mati surinya desa wisata tersebut.
“Sehingga yang akan membeli produk-produk mereka ini juga kan berkurang jauh” imbuhnya.
Tetapi ada beberapa pelaku usaha yang memiliki orientasi bisnis, yang dinilai Sapar cukup luar biasa. Sehingga mereka membuat MoU dengan para pengusaha yang ada di Bali untuk mengakomodir produk gerabah mereka.
“Ada yang sampai sekarang itu konsisten memproduksi kerajinan gerabah ini, terutama yang kecil-kecil yang bisa dijadikan souvenir,” tuturnya.
Karena seminggu yang lalu ketika pihaknya turun ke lapangan, ia menemukan masih adanya sekitar 2 hingga 3 art shop yang masih tetap beroperasi. Kata Sapar, mereka masih antusias untuk memproduksi gerabah yang akan dikirim ke Bali.
“Saya juga dapat informasi, mereka sudah mulai membuat souvenir yang berbentuk motor yang akan dipakai di Moto GP. Pesanannya itu katanya datang dari pihak penyelenggara” bebernya.
Sehingga ketika perhelatan moto GP sudah jelas akan diselenggarakan pada bulan apa di tahun depan, maka para pelaku wisata akan mulai menambah produksi souvenir tersebut.
“Saya dapat informasi itu desainnya susah disetujui, tinggal diperbanyak aja nanti” imbuhnya.
Saat disinggung mengenai berapa jumlah art shop yang ada di kawasan Penujak yang saat ini tidak lagi berporduksi, ia mengaku tidak mengetahui persis angkanya. Yang pasti memang banyak yang sudah tidak lagi melakukan proses produksi dan mati suri. Hal tersebut juga karena sepinya kunjungan wisatawan.
“Cuma karena di sana ada Pokdarwisnya yang membuat paket-paket wisata dengan menawarkan sensasi mengolah gerabah bagi para wisatawan” ujarnya.
Mereka selain menjual produk, saat ini kata, Sapar, lebih diarahkan kepada menawarkan edukasi bagaimana sensasi mengolah gerabah yang bisa dinikmati oleh para pengunjung yang datang ke sana.
“Intinya adalah teman-teman Pokdarwis sudah mulai berkreasi dengan menjual sensasi education tourism” ujarnya.
Saat disinggung mengenai apakah kemudian ketika produk tersebut dikirim ke Bali, lalu yang terkenal dengan hasil gerabah tersebut justru Bali, bukan Lombok Tengah yang menjadi rumah produksinya. Sapar mengaku bahwa pihak yang memesan dari Bali biasanya memesan produk yang masih setengah jadi, baru kemudian mereka yang akan melakukan finishingnya.
“Biasanya juga pengrajin itu membuat apa yang di pesan oleh buyer, jadi produk gang dibuat disesuaikan dengan pesanan” tandasnya.
Upaya Pemda sendiri untuk membantu menghidupkan kembali usaha yang tengah mati suri saat ini, disebut Sapar, salah satunya dilakukan dengan memberdayakan Pokdarwis yang ada di sana.
“Karena di pariwisata itu kan bagaimana kita mendatangkan orang untuk datang ke tempat itu, beda dengan pola perdagangan yang barangnya dijual ke luar tanpa perlu terlihat siapa yang membuatnya” pungkasnya.
Sehingga untuk sapat menarik kembali kunjungan wisatawan, selain menawarkan paket untuk edukasi membuat gerabah. Paket wisata juga dapat ditawarkan, lanjut Sapar. Seperti menjual atraksi-atraksi yang memang sudah ada di sana. Seperti pertunjukan Gendang Beleq misalnya.
“Kita harus tetap optimistis, lebih-lebih dengan adanya Moto GP 2021 itu. Kita berikan semangat ke mereka, supaya jangan putus asa. Supaya ketika Moto GP teman-teman ini kita harapkan tetap bangkit semangatnya” harapnya.