Mataram (Inside Lombok) – Head of Corporate Communications Google Indonesia, Jason Tedjasukmana, menyebutkan Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, masuk dalam 10 besar tempat wisata terpopuler yang paling dicari melalui mesin pencari Google.
“Data tersebut bersumber dari Google Trends periode Januari 2018 – Juni 2019,” kata Jason, di Mataram, Senin.
Menurut dia, pencarian tentang Gunung Rinjani di mesin pencari Google sepanjang 2018 hingga Juni 2019 berkaitan dengan minat orang untuk berwisata, baik warga domestik maupun dari berbagai negara di dunia.
Faktor peristiwa gempa dan ditutupnya aktivitas pendakian Gunung Rinjani setelah gempa bumi juga bisa menjadi penyebab orang mencari informasi tentang gunung dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut tersebut.
“Gunung Rinjani masuk dalam 10 tempat wisata paling dicari di Google menandakan tempat tersebut populer di dalam dan luar negeri,” ujarnya.
Kepopuleran Gunung Rinjani, kata dia, bisa menjadi peluang bagi para pelaku usaha di NTB, khususnya di Pulau Lombok, untuk mengembangkan berbagai industri yang dibutuhkan oleh para wisatawan yang ingin mendatangi Gunung Rinjani.
Untuk itu, lanjut Jason, para pelaku industri pariwisata harus mempersiapkan diri untuk menerima kedatangan para wisatawan. Sebab, data Google menunjukkan bahwa peminat Gunung Rinjani relatif banyak.
Salah satu contoh yang sudah dilakukan oleh sejumlah pelaku usaha di Sembalun yang berada di kaki Gunung Rinjani adalah menyediakan rumah penginapan bagi wisatawan. Mereka sudah bangkit dari peristiwa gempa bumi pada 2018 yang menyebabkan industri pariwisata di daerah itu sempat mati suri.
“Salah satu pelaku usaha rumah penginapan yang pernah mendapatkan pelatihan adalah Rinjani Garden di Sembalun. Sekarang usahanya sudah bangkit sejak pendakian Rinjani dibuka pada Juli 2019,” ujar Jason.
Ia menambahkan data kepopuleran Rinjani di dunia maya juga bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pariwisata, dan pemerintah daerah di NTB, untuk bagaimana mengelola Gunung Rinjani secara terpadu sehingga benar-benar memberikan kepuasan bagi wisatawan yang datang.
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan industri penunjang dan menyiapkan berbagai infrastruktur serta pembenahan destinasi wisata tersebut.
Jason juga menyarankan agar pihak-pihak terkait berani untuk membuat semacam informasi dari ragam bahasa tentang Gunung Rinjani di dunia maya. Tidak hanya bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris, tetapi bahasa China, Jepang, Korea, dan bahasa negara-negara Eropa lainnya, seperti Jerman.
“Sebab tidak semua mungkin paham dalam bahasa Inggris. Misalnya, untuk informasi penginapan terdekat di Gunung Rinjani, tempat makan terdekat hingga pusat perbelanjaan. Itu erat kaitannya juga dengan sifat orang Eropa yang selalu mencari informasi di internet setahun sebelum mereka merencanakan bepergian,” katanya. (Ant)