Mataram (Inside Lombok) – Sejak dilanda gempa pada Juli 2018 lalu, prospek kunjungan wisatawan NTB sampai dengan April 2019 masih lesu. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Pertimbangan DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, I Gusti Lanang Patra, Selasa (23/04/2019).
“Sekarang ini ada kenaikan sedikit, 10% sampai dengan 20%. Tapi okupansi masih di bawah 50%,” ujar Lanang Patra, saat ditemui di sela-sela acara pelantikan Bupati-Wakil Bupati Lombok Barat Terpilih di Mataram.
Menurut Lanang Patra, kenaikan 10% untuk okupasi hotel yang terjadi beberapa minggu terakhir bulan April disebabkan oleh kedatangan wisatawan domestik untuk menghabiskan libur panjang selama Pemilu 2019. Namun persentase tersebut tidak dapat naik secara signifikan karena terbentur masalah lainnya. Terutama harga tiket serta sebaran event yang difokuskan di beberapa tempat saja seperti Festival Pesona Bau Nyale di Kabupaten Lombok Tengah dan Festival Pesona Tambora yang diselenggarakan di Dompu.
“Garuda cuma menurunkan sedikit, yang lain-lain (maskapai, Red) belum ada (menurunkan harga tiket pesawat, Red). Ini banyak dari event-event dalam negeri dan nasional. Tapi teman-teman di Senggigi (misalnya) masih susah juga,” ujar Patra.
Selain itu, Patra juga menyebutkan bahwa dibukanya jalur penerbangan langsung AirAsia dari Perth (Australia) menuju Lombok merupakan angin segar yang diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Untuk itu seluruh anggota PHRI sejak beberapa bulan yang lalu telah gencar menjual paket wisata menuju Lombok di Australia.
“Mudah-mudahan, Australia ini sepertinya kita punya prospek yang bagus,” ujar Patra.
Untuk tingkat isian pesawat teredah AirAsia dari Australia disebut Patra ada di persentasi 70%. Selain itu, respon positif juga ditunjukkan oleh wisatawan Australia terkait paket wisata ke Lombok atau NTB.
“Selama ini mereka mengaku jenuh ke Bali. Sudah terlalu sering,” ujar Patra.
Agar pariwisata di NTB kembali dinamis sendiri, Patra menyebut ada 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu Kesetabilan keamanan (pasca bencana), turunnya harga tiket pesawat, serta promosi.
“Kita sedang gencar mengikuti pasar-pasar wisata. Sebentar lagi di Dubai ada Arabian travel mart (ATM). Pasar-pasar kita sebagi destinasi halal potensinya juga bagus,” ujar Patra.
Selain itu, khusus untuk okupasi hotel, Patra juga menyingung pembangunan hotel yang dinilainya menjamur. Di NTB sendiri sekarang sudah ada 1.611 hotel yang tersebar di seluruh wilayah. Jumlah tersebut belum ditambah dengan hotel maupun penginapan yang tidak terdaftar. Menurut Patra, hal tersebut butuh pengendalian khusus dari pemerintah NTB sendiri.
“Paling pas itu dikendalikan. Kalau okupansi masih di kisaran 30%, jangan dulu. Tunggu supaya 60% atau 70% baru kasi izin (pembangunan hotel, Red),” pungkas Patra.