Lombok Barat (Inside Lombok) – Sumarni, Janda berusia 34 tahun hidup bersama ketiga anaknya yang masih kecil, Jefry (12), Ary Padelah (8) dan Suhirman anak bungsunya yang masih berusia 3 tahun.
Mereka bahkan tidak memiliki tempat tinggal dan hidup mengandalkan penghasilan dari memecah batu dengan upah per harinya hanya Rp 8 ribu. Keluarga yatim yang tinggal di Telaga Lupi, Sekotong ini pun terpaksa harus menumpang di rumah tetangganya.
Ke tempat Sumarni, harus melalui jalan tanah yang berkubang dan terjal dengan medan perbukitan. Serta kondisi yang rusak parah untuk kemudian bisa sampai di gubuk yang berdindingkan pagar bambu itu. Terlebih lagi pada saat hujan deras, medan jalan akan semakin sulit.
Gubuk yang mereka tumpangi itu berada di pinggir pantai. Di sekitar rumah itu, terlihat ada tumpukan material, batu dan batako. Yang ternyata material ini dituturkan Sumarni, merupakan bantuan yang diterimanya dari para dermawan yang tergerak hatinya untuk membantu membangunkan rumah bagi keluarga kecilnya.
Setibanya kami di sana, Sumarni menyambut kedatangan kami bersama ketiga anaknya. Walau hidup dengan serba keterbatasan, Sumarni dan ketiga anaknya tidak sedikitpun menampakkan beban di wajahnya.
Padahal di balik wajah tenang yang mereka tampakkan, ada pilu di lubuk hatinya. Ia harus menjadi tumpuan keluarga untuk bisa menghidupi ketiga anaknya setelah suaminya meninggal dunia setahun yang lalu. Ia menuturkan, semenjak hidup bersama almarhum suaminya, keluarga kecil mereka memang tidak memiliki rumah.
Namun mereka bersyukur, saat ada tetangganya yang baik hati memberikan rumah untuk ditinggali. Ia berkeluh, jangankan uang untuk membeli rumah, untuk makan sehari-hari pun penghasilannya dari memecah batu masih jauh dari kata cukup.
“Untuk makan sehari-hari saya menjadi tukang pecah batu. Sehari saya bisa mendapatkan empat bak. Satu bak, saya dapat ongkos Rp 2 ribu. Ya, sehari kadang dapat Rp 8 ribu” tutur ibu ketiga anak yatim ini kepada kami, Jum’at (15/01/2021).
Syukurnya, kata dia, semenjak ia dan keluarga kecilnya baru-baru ini viral di media sosial, ada beberapa pihak yang datang menyambanginya membawakan bantuan.
“Alhamdulillah ada yang peduli dan datang memberikan bantuan” ucap Sumarni.
Sementara itu Ketua RT 07 Telaga Lupi, Dusun Batu Kumbu, Jahre, mengakui keluarga Sumarni memang tidak memiliki rumah.
“Dari dulu mereka numpang di rumah tetangga, kebetulan yang punya rumah ini menantu saya” tuturnya.
Untuk kebutuhan makan sehari-hari, warga sekitar yang rumahnya berdekatan terkadang saling membahu untuk memberikan beras dan sayuran untuk dimasak. Kadang juga, warga mengantarkannya nasi dan lauk untuk makan.
Pihak RT setempat sendiri sudah melaporkan kondisi keluarga Sumarni ini ke pihak desa, hanya saja belum ada tanggapan. Bahkan keluarga Sumarni sudah sering diusulkan untuk mendapatkan bantuan rumah kumuh, namun hingga kini belum pernah dapat bantuan.
Anggota KNPI kecamatan sekotong, Abdul Aziz mengatakan pihak KNPI melakukan pendampingan bagi keluarga Sumarni untuk diupayakan bisa dibangunkan rumah.
“Kami lakukan pendampingan dengan mengumpulkan donasi untuk pengadaan tanah untuk membangun rumah ibu Sumarni dan tiga anak yatimnya” beber dia.
Selain KNPI, ada juga beberapa pihak yang ikut membantu seperti yayasan kemanusiaan, pihak desa, dan dinas PMD pemrov NTB yang informasinya sudah memberikan bantuan dana kepada keluarga Sumarni melalui pihak desa Sekotong Barat. Selain itu, pihak Forta Lobar yang mendengar kisah pilu Sumarni pun juga turut bergerak membantu dengan memberikan sumbangan hasil donasi wartawan dan pihak donatur.
“Kami berharap untuk pembangunan rumahnya ditangani segera oleh pemerintah, baik desa, kabupaten bahkan provinsi” harapnya.