Lombok Barat (Inside Lombok) – Pembangunan homestay sebagai fasilitas penunjang di kawasan ekowisata mangrove Tanjung Batu, desa Sekotong Tengah mampu menyerap tenaga kerja lokal. Hal itu di tengah sulitnya situasi ekonomi saat ini.
Di mana dalam pembangunan home stay, toilet dan gazebo, serta track jembatan bagi para pengunjung untuk bisa mengelilingi hutan magrove itu dapat menyerap dan memanfaatkan 10 orang tenaga kerja dari warga setempat.
“Dana pembangunan ini bersumber dari bantuan kementerian desa tertinggal dan transmigrasi (PDTT) RI tahun 2021 ini” tutur Kades Sekotong Tengah, Lalu Sarapuddin, belum lama ini.
Selain homestay, dana bantuan Rp 600 juta dari pemerintah pusat itu akan digunakan juga untuk membangun lima unit gazebo, toilet dan penambahan track mangrove.
Pengerjaan homestay itu sudah dimulai sejak tanggal 18 Juli 2021 lalu. Dia memaparkan, terkait dengan anggaran yang dibutuhkan untuk membangun satu unit homestay itu berkisar Rp 186.151.000. Dengan estimasi waktu pengerjaan selama sekitar dua bulan.
Salah seorang pekerja, Mastur mengaku bersyukur bisa turut terlibat mengerjakan proyek pendukung pariwisata di desanya itu. Apalagi di masa-masa serba sulit, di saat banyak orang yang harus kehilangan pekerjaannya saat ini.
“Bersyukur sekali bisa ikut bekerja di sini, saya jadi bisa mendapatkan penghasilan di tengah kebijakan PPKM dari pemerintah sekarang ini” aku Mastur.
Sementara itu, Sami’in, selaku pengawas kegiatan pengerjaan itu mengakui bahwa pengerjaan pembangunan homestay di kawasan ekowisata mangrove Tanjung Batu itu cukup menyulitkan.
“Pengerjaannya sebenarnya cukup sulit, karena materialnya harus diangkut dari daratan menuju ke laut. Dan harus melewati rawa yang berlumpur dan cukup dalam” terangnya.
Sehingga pengerjaan fasilitas penunjang di ekowisata mangrove itu pun memerlukan para pekerja yang sudah lihai. Karena selain medan berlumpur dan dalam, pengerjaan homestay di sana pun harus menyesuaikan dengan kondisi pasang surutnya air laut.