Lombok Barat (Inside Lombok) -Kehadiran Menteri Sosial (Mensos) RI, Tri Rismaharini di NTB tidak hanya terfokus pada pengecekan data penerima bantuan sosial yang diduga masih banyak bermasalah. Tetapi juga untuk memberi motivasi langsung bagi anak-anak yang mendapat kesempatan untuk belajar di Panti Rehabilitasi Anak Paramita, Mataram.
Risma sekaligus hadir untuk meresmikan Sentra Kreasi ATENSI (SKA) di sana. Pihaknya juga menyerahkan bantuan dukungan asistensi rehabilitasi sosial (ATENSI) dengan nominal Rp 826.622.700.
Sebanyak 462 orang menerima manfaat bantuan tersebut. Termasuk anak yatim, penyandang disabilitas, hingga lansia yang berada di Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara.
Dalam kesempatan itu, Risma mengaku bangga setelah melihat langsung hasil kreasi anak-anak di Paramita. Untuk itu dirinya terus mendorong agar anak-anak di balai rehabilitasi tersebut terus menghasilkan kreasi terbaik.
“Kalian di sini nantinya jangan berhenti pada tahap bisa membuat karya saja. Tetapi kalian harus bisa menjadikan karya itu memiliki nilai jual yang tinggi,” katanya di tengah puluhan anak di sana, Kamis (14/10).
Menurut Risma, semakin rapi dan berkualitas suatu produk, maka akan semakin tinggi nilai jualnya. Di mana SKA Paramita juga menjadi pusat pengembangan kewirausahaan dan promosi hasil karya para penerima manfaat.
Ini pun ditujukan untuk dapat memantik pemberdayaan para penerima manfaat. Supaya nantinya dapat menjadi wirausaha mandiri. Bahkan para penerima manfaat juga bisa mengikuti workshop sebagai wahana pelatihan dan terapi.
Dalam kesempatan itu Risma juga menyalurkan bantuan untuk dukungan aksesibilitas anak yatim untuk berwirausaha. Di samping itu, bantuan stimulan berupa alat dukung wirausaha juga diberikan kepada lima keluarga penerima manfaat (KPM) program keluarga harapan (PKH). Masing-masing dari mereka yang telah digraduasi memperoleh bantuan Rp 2,5 juta.
Nurhalimah, seorang ibu yang anaknya penyandang disabilitas fisik dan gangguan paru-paru, mengaku bersyukur karena anaknya, Muhammad Ilyas mendapat bantuan kursi roda adaptif.
“Selama ini Ilyas cuma bisa digendong terus. Karena sampai usianya 6 tahun, Ilyas tidak bisa bergerak sendiri. Saya sudah bawa berobat kemana-mana tapi belum sembuh” tuturnya.