Mataram (Inside Lombok) – Rendahnya pemanfaatan fasilitas perpustakaan di Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya buku-buku, menjadi perhatian berbagai pihak. Sangat disayangkan, perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang harusnya menjadi jendela dunia malah seringkali sepi pengununjung.
Mengomentari fenomena tersebut, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Zulkieflimansyah (Bang Zul) menerangkan bahwa perpustakaan harusnya mulai beralih menawarkan media-media baru yang bisa menjadi jendela baru bagi masyarakat untuk melihat dunia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini.
“Bagaimana tidak ‘begini-begini’ saja kalau kita tidak memaknai perpustakaan itu dengan cara yang berbeda? Teman-teman sendiri (Wartawan, Red) sudah mengatakan betapa kita malas baca buku,” ujar Bang Zul, Selasa (28/06/2019) selepas menghadiri acara perayaan HUT Perpusnas ke-39 dan HUT Arsip Nasional ke-48 di Kantor Perpustakaan Daerah NTB.
Menurut Bang Zul, sudah saatnya perpustakaan di NTB melakukan digitalisasi buku. Hal itu dinilai dapat mendekatkan pembaca dengan bahan bacaan yang dimiliki perpustakaan dengan menggunakan media yang lebih popular serperti gawai elektronik semacam telepon genggam.
“Dengan HP (telepon genggam, Red) di tangan itu, apa saja bisa ada,” tegas Bang Zul.
Menanggapi hal tersebut Kepala Perpustakaan NTB, Manggaukang Raba, menerangkan bahwa pihaknya sepakat dengan komentar Gubernur NTB tentang pentingnya digitalisasi buku untuk mendekatkan bahan bacaan kepada pembaca. Walaupun begitu, diakui Manggaukang bahwa sampai saat ini Perpustakaan NTB belum memiliki kemampuan untuk mewujudkan hal tersebut.
“Dengan arahan Pak Gubernur tadi menjadi terperangah kita. Bagaimana menciptakan ini perpustakaan digital sementara kemampuan kita di NTB ini untuk mendigitalisasi buku-buku masih kurang,” ujar Manggaukang.
Walaupun begitu Manggaukang menerangkan bahwa pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan digitalisasi buku. Terlebih disebutkan manggaukang bahwa Perpusnas telah memberikan sinyal untuk membantu proses tersebut selain penganggaran dari APBD yang juga sedang dilakukan.
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin agar digitalisasi buku dapat diwujudkan perlahan-lahan. (Memang) menjadi tugas (kami) untuk membuat cetak biru langkah-langkah mewujudkan itu,” sambung Manggaukang.
Sampai saat ini kemampuan Perpustakaan NTB untuk melakukan digitalisasi buku hanya 300 dari 700.000 judul buku yang menjadi koleksi Perpustakaan NTB. Manggakaung menyebut bahwa hal itu menandakan perlunya peningkatan kapasitas komputerisasi di Perpustakaan NTB.
Sampai saat ini sendiri di NTB hanya ada dua perpustakaan yang telah melakukan proses digitalisasi koleksi buku, yaitu Perpustakaan Kabupaten Lombok Utara dan Perpustakaan Kota Bima. Manggaukang sendiri berharap agar perpustakaan di Kabupaten/Kota lainnya di NTB dapat segera menyusul untuk melakukan digitalisasi tersebut.
“Ada dua, KLU dan Bima sudah masuk (proses digitalisasi). Nanti kita minta supaya seluruh Kabupaten/Kota di NTB bisa mendigitalisasi,” pungkas Manggaukang.