Lombok Barat (Inside Lombok) – Para pemuda di Meninting rela berswadaya melakukan patroli sungai menggunakan kano untuk menjaga kebersihan sungai mereka dari sampah. Untuk mengangkut sampah yang dikumpulkan, mereka pun menggunakan perahu karet yang terbuat dari sandal yang dipinjam di para nelayan setempat.
Aliran sungai Meninting disisir para pemuda itu. Lorong-lorong bawah jembatan pun disusuri. Setiap ada sampah terbungkus plastik yang dibuang warga, akan langsung mereka angkut. Namun, karena peralatan dan kekuatan mereka terbatas, sehingga sampah dalam jumlah besar tak selamanya bisa dibersihkan.
Sampah-sampah yang berhasil diangkut kemudian dikumpulkan di satu titik sebelum dilaporkan pada petugas pengangkut sampah dari desa. “Kegiatannya tidak selalu setiap hari, karena biayanya juga kita swadaya. Kalau pakai perahu ini ndak tentu, tapi kalau pakai kano kita rutin setiap hari Jumat,” tutur Ketua Komunitas Masyarakat Peduli Sungai (KMPS) Meninting, Akhmadi kepada Inside Lombok yang berkesempatan ikut patroli di bantaran sungai Meninting, Rabu (28/06/2022).
Setiap turun patroli, para pemuda itu akan meminjam dua perahu nelayan untuk kemudian dibelikan bensin secara patungan. Perjalanan mereka menyusuri sungai dengan jarak sekitar 4 kilometer, dimulai dari muara Sungai Meninting yang ada di tepi pantai hingga perbatasan Desa Meninting dengan desa tetangga.
“Kalau di sini (sepanjang aliran sungai hingga muara) hampir merata selalu ada sampah, kecuali di lokasi-lokasi yang sudah dibronjong,” terangnya.
Patroli sampah di sungai dimulai kelompok pemuda itu sejak Mei lalu. Hingga kini, Akhmadi menilai kesadaran masyarakat terbilang masih minim. Lantaran volume sampah dari sebagian orang yang dengan santainya membuang sepaket sampah yang terbungkus plastik ke sungai tersebut masih tetap tinggi.
“Kalau sampai sekarang, kami lihat masih minim kesadaran masyarakat (untuk tidak buang sampah ke sungai), terutama yang tinggal di bantaran Sungai Meninting ini,” ungkap dia.
Dalam patroli di Selasa sore kemarin, para pemuda itu terlihat menikmati aktivitas mereka sebagai bentuk kecintaannya menjaga Sungai Meninting tetap bersih. Terlebih, sungai yang di atasnya ada jembatan itu menjadi akses vital menuju Senggigi, destinasi pariwisata andalan Lombok Barat.
Di bantaran sungai masih terlihat banyak sampah plastik, kayu dan material lumpur yang terbawa banjir bandang yang terjadi pada Desember 2021 lalu. Bahkan, tak jarang perahu yang mereka tumpangi menabrak bebatuan dan ranting pohon akibat pendangkalan sungai yang terjadi.
Kondisi tersebut yang mereka khawatirkan akan semakin parah bila masyarakat masih tetap tanpa beban membuang sampah ke sungai tersebut. Bayang-bayang pendangkalan dan musim hujan yang akan membawa volume air cukup besar masih menjadi trauma bagi warga sekitar.
“Dari awal pembentukan KMPS ini saya sudah bilang ke teman-teman, tidak ada paksaan. Kalau mau ikut branding lokasi ini bersih dari sampah, ayo ikut bersama saya,” ungkap Akhmadi.
Sejak saat itu, puluhan pemuda disebutnya berinisiatif untuk terlibat dan sukarela melakukan patroli. Walau terbatas, mereka biasanya menggunakan lima kano. Namun, bila mereka menggunakan perahu, biasanya bisa melibatkan hingga 10 orang untuk mengangkut sampah yang sekiranya bisa mereka bawa ke daratan.
“Sejak awal sampai sekarang, volume sampahnya masih sama aja. Karena ini kan sampahnya bukan sepenuhnya dari Desa Meninting saja, tapi juga sampah dari hulu, desa-desa tetangga, bahkan juga dari wilayah kota Mataram,” beber dia.
Setiap sampah yang mereka temukan di aliran sungai, itu akan didata terlebih dahulu untuk kemudian dilaporkan. Namun, bila sampah tersebut masih memungkinkan diangkat menggunakan kano, itu akan mereka angkut hingga daratan.
“Tapi kalau sampah besar kaya kayu, itu ndak mungkin kita bawa. Nanti itu akan kita koordinasikan dengan BWS,” ujar dia.
Dalam sekali patroli, sampah yang mampu mereka angkut menggunakan kano bisa mencapai 25 kantong sampah yang berserakan dan mengapung di sungai itu.
Kendati dari Pemerintah Desa Meninting sendiri sudah ada program penjemputan sampah menggunakan mobil pengangkut. Tapi tak menjamin masyarakat untuk berhenti membuang sampah ke sungai.
“Setahu saya kalau dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup) belum ada pengangkutan sampah ke sini, kecuali kita yang minta koordinasi untuk segera didatangkan mobil operasional,” lugasnya.
Selain berharap supaya masyarakat setempat bisa merubah pola pikirnya bahwa sungai bukan lah tempat untuk membuang sampah, dinas terkait juga diharapkan untuk menaruh perhatian lebih. Termasuk dengan mengoptimalkan penyediaan TPS agar tidak lagi ada alasan masyarakat membuang sampah sembarangan.
Meski masih banyak keterbatasan, kekompakan terlihat dari cara para pemuda di Meninting saling menyemangati untuk membersihkan sungai mereka. Sambil mengangkut sampah, senja yang indah di bawah kolong jembatan Meninting menemani mereka, sekaligus menjadi pengobat lelah. Dengan senyum yang merekah, sesekali para pemuda itu berswafoto di atas aliran Sungai Meninting, di antara sampah yang mereka bersihkan dan matahari terbenam di hilir. (yud)