Mataram (Inside Lombok) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB memiliki program pengembangan 99 desa wisata. Sayangnya untuk gaungnya sendiri seperti belum nampak. Padahal jika betul-betul dikembangkan, akan memberikan dampak luar biasa kepada masyarakat sekitar desa.
Melihat kondisi itu, NTB dinilai perlu bersinergi dengan daerah yang desa wisatanya cukup dikenal di tingkat nasional. Salah satunya seperti di Yogyakarta, tepatnya di Kampung Flory yang berhasil mengembangkan kampung wisata yang bahkan bisa bertahan di tengah hantaman pandemi Covid-19.
“NTB harus mencoba membangun kampung wisata seperti ini (Kampung Flory). Seperti di Narmada itu punya potensi seperti ini dan integrasi pariwisata seperti ini kita coba kembangkan,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw) NTB, Heru Saptaji, Jumat (6/1).
Menurutnya, konsep saling menghubungkan antara Yogyakarta dengan Lombok bisa terjalin dengan baik, sebagaimana konektivitas jalur angkutan udara yang sudah terpenuhi saat ini antara Lombok dengan Yogyakarta.
Heru menyebut, sinergi dan kolaborasi banyak pihak yang dibangun di Kampung Flory Yogyakarta sangat bisa dikembangkan juga di NTB. Pola pengembangan itu juga yang disebutnya membuat Kampung Flory bisa bertahan menghadapi dampak pandemi Covid-19.
“Kalau dibandingkan di tempat tempat kami (NTB, Red), seperti Senggigi saja yang kawasan destinasi terbaik itu beberapa banyak yang hotel tutup (karena pandemi, Red). Jadi di tengah covid, ketika kita bisa survive itu sudah luar biasa,” terangnya.
Menurutnya hal tersebut satu hal yang sangat penting dan juga harus ketahui. Mulai dari bagaimana membangun kampung wisata seperti Kampung Flory. Termasuk dengan melibatkan banyak pihak sehingga memiliki perkembangan yang relatif pesat hanya dalam beberapa tahun.
“Saya lihat Kampung Flory ini kampung yang mulai banyak dikenal di tingkat nasional. Ya level-level menteri, Bank Indonesia, direksi BUMN dan perbankan. Jadi bagaimana bisa konsep dan sinergi semua masyarakat untuk mengembangkam desa wisata,” jelasnya.
Terpisah, Ketua Kampung Wisata Flory, Sugihartono menerangkan pihaknya dalam mengembangkan destinasi tersebut memang tidak mudah. Awalnya dimulai dengan modal Rp500 juta untuk sebagai contoh kampung wisata. Karena tidak mungkin orang mau berjuang tanpa ada hasilnya.
“Karena saya mentalnya sudah bisnis, saya berani mengawali modal dulu Rp500 juta mencontohi membangun kampung wisata,” ujarnya.
Dikatakan dalam pengembangan kampung wisata bagaimana berbicara investasi. Karena berhubungan dengan keuangan, jika tidak berbicara keuangan maka anggota kelompok tidak akan semangat.
“Jadi pertama penggeraknya harus mental bisnis dulu dan jeli melihat peluang, kami juga mengandeng milenial untuk menjadi wirausaha. Jadi minsetnya bukan mencari kerja tapi menciptakan lapangan kerja,” jelasnya. (dpi)