Mataram (Inside Lombok) – Kabupaten Lombok Utara (KLU) menjadi daerah paling potensial untuk produksi minyak kelapa dan virgin coconut oil (VCO). Terutama dengan adanya sentra minyak kelapa di sana. Untuk itu, pemerintah daerah mendorong agar pelaku usaha minyak kelapa di KLU bisa memiliki sertifikat organik, sehingga produk yang dihasilkan dapat menyentuh pasar lebih luas.
Kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti mengatakan untuk meningkatkan produktivitas dari sentra pengolahan kelapa seperti di KLU, pemerintah daerah telah memfasilitasi sarana prasarana. Termasuk melakukan penyerapan produk lewat beberapa program seperti JPS Gemilang dan kegiatan pasar murah. Apalagi saat ini NTB sendiri sudah mampu untuk memproduksi minyak goreng sendiri, seperti dilakukan oleh IKM Al Amin di KLU.
“Melihat potensi sekitar sentra, kita mengarahkan IKM ini untuk membuat sertifikat organik dengan menyiapkan kebun bahan baku,” ujar Nuryanti, Kamis (25/5). Hal itu disebutnya bisa membuat sentra pengolahan kelapa tidak hanya menjadi tempat pengolahan saja, melainkan juga menjadi tempat berwisata sekaligus belajar bagi para wisatawan. Artinya tidak hanya meningkatkan pelaku IKM saja, tetapi pariwisata juga bergerak. “Selain memiliki sertifikat organik dengan menyiapkan kebun bahan baku. Itu bisa dijadikan pariwisata dengan didukung penjualan produk lokal,” sambungnya.
Menurutnya dengan kealamian yang terjaga, minyak kelapa NTB tentunya akan membawa keunikan tersendiri. Apalagi jika produk kuliner legend yang menggunakan minyak kelapa memiliki rasa yang autentik.
“Itu yang coba kita dorong, agar IKM-IKM di NTB semuanya bergerak. Karena sekarang ini kita sudah bisa produksi sendiri minyak goreng. Jadi bisa mengurangi produk dari luar,” jelasnya.
Terpisah, pemilik IKM Al Amin, Zulhadi mengatakan KLU memiliki potensi penghasil kelapa tinggi dengan kondisi pasar penjualan yang bagus. Namun masih memiliki kelemahan dalam manajemennya, sehingga ia memutuskan untuk mengumpulkan petani kelapa binaannya dan mengatur kembali manajemennya.
“Karena saya lihat lemah di manajemen, saya inisiasi buat IKM dengan mengumpulkan petani kelapa binaan. Saya atur ulang manajemennya dan alhamdulillah berjalan hingga sekarang,” tuturnya.
Apalagi pada 2021 adanya program JPS NTB Gemilang, yang mana permintaan akan minyak goreng cukup tinggi. Dimana IKM nya berhasil memproduksi 21.000 botol per bulan, kemudian didistribusikan kepada masyarakat dengan memberdayakan petani kelapa binaannya.
“Sekarang petani binaan itu sudah 10 Kelompok dengan anggota 147 petani, dan sudah mampu menghasilkan 1000 liter per hari. Malah sudah masuk ke gerai gerai yang ada di Kota Mataram tentu sudah dilengkapi dengan perizinan,” jelasnya. (dpi)