(Minggu, 24 Desember 2023) – Pimpinan Sekolah Khusus Tahfidz Al-Qur’an Alfian Syauqi Sunar Fauziah, TGH. Lalu Ibrahim Lukman membagikan pandangan politiknya untuk kontestasi Pilpres 2024 mendatang. Bagi TGH. Ibrahim, pemimpin mestilah memahami agama dan memiliki segudang pengalaman dalam menjalankan tata pemerintahan.
TGH. Ibrahim berpendapat hanya satu paslon capres yang memiliki kriteria demikian, yaitu Ganjar-Mahfud. “Mahfud adalah seorang kyai. Maka, ia punya cara berpikir selayaknya kami sebagai seorang santri. Hal itulah yang kemudian menjadi motif untuk memilih Ganjar-Mahfud pada Pilpres 2024 mendatang,” ungkap TGH. Ibrahim di Kediri, Lombok Barat.
TGH. Ibrahim meyakini sosok Mahfud MD sangat mengetahui seluk-beluk ponpes. Maka, Mahfud adalah orang yang sangat paham dengan kaidah-kaidah agama yang jika dipraktikkan dalam konteks memimpin bangsa, maka calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3 itu adalah sosok yang paling tepat.
“Ganjar pun demikian, ia memiliki segudang pengalaman di pemerintahan. Oleh karena itu, kami meyakini bahwa Ganjar-Mahfud adalah dua sosok yang tulus untuk kebaikan bangsa Indonesia,” terang TGH. Ibrahim. Ia sangat mengharapkan proses pendidikan agama dapat berlangsung dengan aman dan nyaman.
Dirinya meyakini, bila Ganjar-Mahfud terpilih, belajar agama yang aman dan nyaman, pasti terwujud. “Saya mendambakan Ganjar-Mahfud dapat membawa kesejahteraan dan kemajuan bagi masyarakat Lombok, terlebih soal pendidikan agama dan ekonomi. Saya yakin, Ganjar-Mahfud akan membawa Indonesia menuju arah yang lebih baik,” jelas TGH. Ibrahim.
Sekolah Khusus Tahfidz Al-Qur’an Alfian Syauqi Sunar Fauziah Kediri, Lombok Barat telah melaksanakan acara pembagian raport dan hadiah bagi santri yang berprestasi pada Sabtu (23/12) kemarin. Untuk diketahui, Sekolah Khusus Tahfidz Al-Qur’an Alfian Syauqi Sunar Fauziah Kediri, Lombok Barat terbentuk sejak tahun 2016. Sementara, bangunan sekolah terbentuk sejak tahun 2021. Sekarang, total ada 206 calon tahfidz yang mondok sekolah itu.
TGH. Ibrahim ingin mencetak anak-anak yang bisa menghafal Al-Quran dan memahami pendidikan agama. Secara rata-rata, TGH. Ibrahim dan pengurus lainnya mencetak tahfidz sebanyak 50-60 orang per satu tahun.
“Kalau sudah ada yang berhasil jadi tahfidz, akan lanjut untuk mengkaji kitab-kitab kuning. Ada banyak lulusan yang kini juga membentuk ponpes-ponpes baru. Kami harap ini bisa menjadi ikhtiar baik yang terus terlaksana,” tandas TGH. Ibrahim. (r)