Mataram (Inside Lombok) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB memastikan stok beras masih tersedia hingga Ramadan tahun ini. Dengan adanya stok tersebut, penggunaan anggaran belanja tak terduga (BTT) untuk menangani persoalan stok beras yang disebut menipis pun belum akan dilakukan.
“Kita amankan stok agar puasa lebaran itu aman. BTT kita bisa keluarkan ketika situasi sangat diperlukan,” kata Asisten II Setda NTB, Fathul Gani. Menurutnya, jika dalam kurun waktu tertentu persediaan beras aman, maka BTT tidak dikeluarkan.
Pihaknya mencatat produksi padi di NTB selama tiga tahun terakhir yaitu sebanyak 900-950 ribu ton. Sedangkan konsumsi NTB yaitu sekitar 500 ribu ton per tahun. “Nah yang surplus ini yang dikirim keluar. Kalau sekarang ini produksi kita menurun. Penurunannya yaitu 10-20 ribu ton pada tiga bulan pertama ini. Karena memang musim tanam kita mundur kemarin,” katanya.
Masuknya beras impor ini katanya menjadi pilihan terakhir ketika persediaan beras sudah menipis. Untuk kondisi saat ini, diklaim masih aman karena belum ada kabupaten dan kota yang menyebut dalam kondisi darurat.
“Jadi harapan kita kepanikan pasar. Kalau untuk harga beras ini memang kita akui harga beras mahal sudah menembus angka Rp17 ribu dan Rp19–20 ribu per kilogram (kg) untuk premium,” ungkapnya.
Ia mengatakan, langkah pedagang yang melakukan pembatasan pembelian sudah tepat. Hal ini disebut agar masyarakat tidak panik buying sehingga membeli dalam jumlah banyak. “Sudah ada stok 10 lagi beli 15–20 kg. Jadi gunakan besar yang ada dulu, jangan panik,” sarannya.
Ditegaskan untuk menekan konsumsi beras ini, Dinas Ketahanan Pangan NTB memprogramkan diservikasi pangan. Pada program ini kenyang tidak harus dengan nasi melainkan produksi pertanian yang lain.
Selain itu, dengan kondisi yang terjadi saat ini masyarakat yang menggelar hajatan juga disarankan untuk tidak berlebihan. Artinya, nasi yang ada jangan sampai ada yang dibuang-buang. “Begawe silahkan begawe tapi jangan sampai dibuang-buang,” katanya. (azm)