Mataram (Inside Lombok) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada 25 April 2024 kemarin telah menetapkan Harga Acuan Pembelian (HAP) jagung. Kendati demikian, meskipun harga jagung mengalami kenaikan tidak mempengaruhi harga telur dan ayam di peternak. Karena harga yang diberikan pengepul masih berkisaran diangka Rp4.800-4.900 per kilogram (kg) untuk jagung. Bahkan diharapkan agar Bulog saja yang menyediakan tempat untuk pembelian jagung bagi peternak.
Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Rakyat (Petarung) NTB, Ervin Tanaka mengatakan beberapa waktu lalu dalam kegiatan Munas di Yogyakarta, sudah disampaikan keinginannya agar Bulog dapat berperan aktif, agar membeli jagung dari petani. Sehingga nantinya peternak membeli dari bulog bukan dari tengkulak, tentunya petani mendapatkan harga yang wajar dan tidak merugikan mereka.
“Kita kan sebenarnya tidak terlalu perlu sama pengepul-pengepul ini, yang kadang dia nekan ke petani, jual tinggi ke peternak. Kalau seandainya peran Bapanas melalui Bulog bisa jalan seperti itu kan bagus sekali,” ujar Ervin, Senin (29/4).
Selama ini tidak ada kerjasama tersebut, padahal hal itu yang diharapkan peternak, supaya peternak bisa membeli lewat Bulog sehingga harga jagung stabil. Selain itu standar jagung yang dijual pun sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh peternak.
“Petani itu kebanyakan mereka tidak bisa memenuhi standar dari peternak, kualitas jagung terutama kadar air. Kadang mereka tidak mampu jemur. Jadi marginnya pengepul ini lumayan besar. Kita harapkan belanja lewat bulog,” tuturnya.
Lebih lanjut, bahkan jika membutuhkan nota kesepahaman antara peternak dengan Bulog, para peternak siap saja asalkan harganya sesuai. Apalagi beberapa waktu lalu peternak bisa menyerap semua ribuan ton jagung subsidi sesuai dengan kebutuhan.
“Untuk 3 bulannya di anggota petarung saja 2.300 ton per bulan, kalau setahun bisa 8 ribu ton dan itu dipenuhi oleh pengepul. Makanya harus bulog saja, kita sudah bisa pastikan kualitasnya,” terangnya.
Beberapa waktu lalu banyak petani mengeluh karena harga jual jagung menurun, sehingga banyak petani melakukan demonstrasi di depan gedung pemerintahan. Jika melihat kondisi tersebut, justru tidak ada dari pengepul yang melakukan demonstrasi. Karena harga didapati oleh pengepul sudah terbilang murah dari petani.
“Sebenarnya begini jagung dihargai Rp5.000, kita peternak itu tidak terlalu berefek. Karena kita beli dari pengepul, mereka sudah jual ke kita 4.800 dan 4.900per kg. Jadi yang pada demo demo itu sebenarnya petani. Sekarang ada tidak tengkulak yang demo? Tidak ada kan,” demikian. (dpi)