Lombok Barat (Inside Lombok) – Datang langsung untuk nendengar harapan masyarakat di Desa Kumbung, Lingsar, pasangan Sumiatun – Ibnu Salim (Manis) berkomitmen menbantu pelestarian budaya setempat. Keduanya pun menyatakan akan menaruh fokus untuk mengatur tata kelola buah manggis yang menjadi ciri khas wilayah tersebut.
Supriadi, salah seorang pengurus yayasan Wayang Sasak Jayeng Semare, Batu kumbung, Lingsar mengutarakan langsung harapan yang mewakili masyarakat yang tinggal di kawasan penghasil buah manggis terbesar di Lobar itu. Agar ke depannya, jika pasangan Manis terpilih menjadi pemimpin di Lobar. Peningkatan SDM masyarakat setempat di bidang ekspor buah-buah hasil perkebunan, bisa menjadi perhatian.
“Kami sangat berharap supaya SDM untuk ekspor buah menggunakan warga lokal,” ucap Supriadi, Kamis (10/10/2024) malam. Tidak hanya itu, dia juga berharap supaya ke depannya, pelestarian budaya dan kesenian juga turut menjadi program yang harus diperhatikan dengan jelas.
Selain potensi buah yang begitu kaya, keragaman seni dan budaya di Lingsar juga disebutnya harus tetap dijaga. Para pelaku seni di Batu Kumbung pun diakuinya kompak memberikan dukungan penuh kepada pasangan Manis. “Kami bertekad, atas nama pelaku seni dan masyarakat Batu Kumbung menyatakan dengan sesungguhnya mendukung pasangan Manis untuk bisa melenggang ke Giri menang,” tegasnya.
Harapan-harapan itu pun dijawab oleh Ibnu Salim dengan memaparkan visi dan misi, serta program yang dirasa sejalan dengan harapan masyarakat. “Kami akan tetap mempertahankan dan meningkatkan budaya kita. Sehingga bisa menjadi warisan untuk anak cucu kita generasi akan datang,” ungkapnya saat hadir di tengah-tengah masyarakat.
Pelestarian itu disebutnya nanti akan diupayakan melalui pelatihan, supaya budaya setempat bisa tetap eksis. Bahkan bisa ditunjukkan melalui pentas-pentas secara nasional, bahkan bila perlu hingga kancah internasional. Selain kaya akan kebudayaan, potensi besar buah-buahan di kawasan Lingsar juga diakuinya harus di topang oleh infrastruktur dan SDM yang lebih mampuni ke depannya.
Tak bisa dipungkiri, dia mengakui bahwa Lobar saat ini masih mempunyai persoalan terkait pemenuhan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan, hingga fasilitas infrastruktur yang masih terbatas. Bahkan, angka putus sekolah di Lobar yang dinilai masih cukup tinggi, sehingga indeks pendidikan Lobar masih relatif rendah, berkisar 72,3 persen.
Dirinya menilai, ketimpangan fasilitas pendidikan antara di desa dan di kota, ini yang menjadi pemicu terjadinya ketidaksetaraan pelayanan pendidikan. “Sehingga kami (pasangan Manis) terpanggil ingin menuntaskan sejumlah persoalan tersebut. Kami ingin mempersembahkan pengalaman saya di birokrat dan ibu Sumiatun di politik untuk kemajuan daerah,” terang mantan Inspektur Inspektorat Provinsi NTB ini. (yud)