Lombok Tengah (Inside Lombok) – Tradisi Bau Nyale (Cacing Laut) di pantai selatan Lombok Tengah (Loteng) kerap kali dikaitkan dengan sosok Putri Mandalika yang menjelma menjadi nyale yang beragam warna. Setiap tahunnya ajang audisi Puteri Mandalika pun digelar menjadi salah satu rangkaian tradisi tersebut.
Menanggapi hal tersebut, salah satu Akademisi Seni dan pemerhati budaya, Lalu Gitan Prahana mengatakan audisi Puteri Mandalika merupakan salah satu cara menjaga tradisi budaya dan kearifan lokal di NTB, lebih-lebih di Loteng.
“Kita tentu mendukung audisi ini sebagai bentuk anak muda menjaga tradisi, dan tentu memperhatikan kearifan lokal kita,” katanya kepada Inside Lombok, Senin (30/1/2023).
Ia menilai, sebagai salah satu sosok yang mewakili perempuan sasak, Puteri Mandalika harus memiliki peran lebih besar terutama dalam mengajarkan nilai-nilai adat dan tradisi sasak, bukan saja dalam sektor wisata.
“Puteri Mandalika itu tentu representasi Sasak, harus memahami dan mengajarkan nilai adat dan tradisi Sasak tidak hanya pada sektor wisata,” ujarnya.
Sebab kata dia, hari ini kita melihat banyak nilai-nilai tradisi sasak yang seringkali salah dipersepsikan karena minimnya literatur yang ada. Sehingga Puteri Mandalika terpilih dan para akademisi umumnya serta pemerintah sekalipun perlu melakukan hal itu. Agar laju kebudayaan kita bisa terus berkembang dari berbagai sisi
“Sehingga perlu adanya dorongan untuk terus menghidupkan kembali, bukan saja secara praktik. Namun juga dapat disentuh melalui pengarsipan,” pungkasnya. (fhr)