Mataram (Inside Lombok) – Proses pembangunan kereta gantung Rinjani terus berjalan. Direncanakan, proyek tersebut akan mulai peletakan batu pertama atau groundbreaking pada 17 Desember, bertepatan dengan HUT Provinsi NTB.
Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi NTB, Muhammad Rum mengatakan saat ini proses yang sedang dilakukan yaitu studi kelayakan atau feasibility study (FS) dan penyusunan Detail Engineering Design (DED). Setelah ini, proses yang akan dilakukan yaitu analisis dampak lingkungan (amdal) selama tiga bulan ke depan.
“Ini paling lama dua bulan dan setelah itu mereka buat amdalnya tahun ini. Amdal itu paling cepat tiga bulan. Dia akan groundbreaking 17 Desember,” katanya, Selasa (6/9) di Mataram.
Besaran investasi untuk pembangunan ini yaitu sebesar Rp2,2 triliun. Nantinya investasi tersebut tidak saja untuk pembangunan kereta gantung melainkan juga resort. Ditargetkan, tahun 2023 proses pembangunan fisik akan mulai dilakukan.
Proses pembangunan kereta gantung ini diprediksikan memakan waktu sekitar setahun hingga dua tahun mendatang. “Itu konstruksi namanya. Kereta gantung tidak bisa cepat ya, mungkin satu atau dua tahun ya. Paling lambat tahun 2025 sudah selesai. Harapan kita than 2024 sudah selesai,” katanya.
Kereta gantung yang akan dibangun tidak akan melewati TNGR. Sehingga nanti jika wisatawan yang menggunakan kereta gantung akan jalan kaki sekitar dua kilo untuk bisa menikmati TNGR. Pembuatan kereta gantung ini hanya untuk pintu masuk saja.
“Itu masih bisa lah dibagi orang-orang yang tidak kuat. Kan mereka kemarin nolaknya itu. Dipikirnya diatas TNGR itu membangun,” katanya.
Selain itu pohon yang akan ditebang untuk pembangunan kereta gantung hanya untuk beberapa spot saja. Penebangan yang dilakukan untuk kebutuhan penancapan tiang kereta. “Total lahan yang mereka diberikan itu hanya 10 persen untuk pembangunan fisik,” katanya.
Pembangunan kereta gantung ini juga bisa digunakan untuk mempermudah pengawasan hutan. Sehingga meminimalisir penebangan liar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Karena investor juga akan melakukan penghijauan atau reboisasi kembali di hutan tersebut. Kereta gantung yang dibuat sebagai salah satu destinasi wisata.
“Mereka jual adalah bagaimana melihat pepohonan di bawah jalur yang ada di bawah. Ini juga mempermudah Polhut untuk pengawasan illegal logging,” katanya.
Terkait adanya penolakan dari masyarakat, Rum mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi. Karena pembangunan kereta gantung juga untuk kepentingan mereka. “Tidak ada yang nolak. Mereka belum paham aja. Apa yang mau ditolak rejeki datang ini,” pungkasnya. (azm)