26.5 C
Mataram
Sabtu, 4 Mei 2024
BerandaBerita UtamaHarga Cabai Naik, Pedagang: Permainan Pengepul

Harga Cabai Naik, Pedagang: Permainan Pengepul

Mataram (Inside Lombok) – Harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram mengalami kenaikan signifikan mencapai Rp85-95 ribu per kilogram (kg), dari sebelumnya hanya Rp55 ribu per kg. Sejumlah pedagang mengklaim tingginya harga jual cabai rawit ini lantaran adanya permainan dari pengepul.

“Harga cabai rawit sekarang Rp85 ribu per kg, sebelumnya Rp55 ribu. Melonjak harganya dari awal tahun, bukan karena gagal panen tapi ada permainan dari pengepul,” ujar salah seorang pedagang cabai rawit di Pasar Kebon Roek, Agus, Selasa (3/1).

Agus menyebut dugaan permainan pengepul itu muncul lantaran harga cabai di petani justru tidak terlalu tinggi. “Kalau kita nendak, yang pasti dari petani tidak mungkin naik. Tapi dari pengepul yang naikin. Kalau bilang gagal panen tidak ada, stoknya banyak ini,” tuturnya.

Di sisi lain, pedagang lainnya, Hamdani mengaku tingginya harga cabai rawit karena banyaknya permintaan dari masyarakat. Terutama pada pedagang nasi yang menggunakan cabai sebagai bumbu dapur masakan.

- Advertisement -

“Kita jual sekarang Rp80 ribu, sebelumnya Rp40-30 naiknya mulai tahun baru. Pemakaian lagi banyak makanya harganya naik,” ucapnya.

Diakuinya kenaikan harga tidak hanya terjadi pada cabai rawit, tetapi beberapa bumbu dapur lainya. Seperti bawang merah yang tembus di angka Rp40 ribu, sebelumnya Rp25 ribu. Kemudian bawang putih Rp20 ribu sebelumnya Rp17 ribu per kg-nya.

“Semua naik sekarang, bawang putih naik sedikit, bawang merah Rp40 ribu. Untuk cabai itu semua lokal tidak ada yang dari luar,” katanya.

Sementara itu, salah satu pedagang nasi, Ismail mengatakan sejumlah barang kebutuhan yang mengalami kenaikan ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah. Terutama tingginya harga cabai rawit yang tembus mencapai Rp95 ribu per kg.

Menurutnya, seharusnya pemerintah menekan harga tersebut agar tidak melonjak tinggi, karena hal tersebut merugikan pedagang nasi seperti dirinya.

“Kita sebagai pedagang nasi harus mensiati, tapi kita kan semakin tertekan. Contoh saja saya yang jualan nasi booster harga Rp7 ribu, sedangkan semua barang mahal, telur, cabai, mau naikin juga tidak bisa,” katanya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer