Mataram (Inside Lombok) – Tingginya harga minyak goreng di pasaran dikeluhkan oleh masyarakat, terutama para pedagang. Bahkan Minyakita yang merupakan minyak goreng pemerintah justru menghilang. Kendati, ada minyak goreng lokal NTB yang diproduksi oleh pelaku UMKM. Namun belum banyak diminati oleh masyarakat dan harganya masih terbilang tinggi.
Harusnya, naiknya harga minyak goreng di pasaran dan stok minyak goreng dari pemerintah yang berkurang menjadi kesempatan bagi pelaku usaha minyak goreng lokal yang ada. Namun penjualan mereka sejauh ini masih melandai dan tidak ada peningkatan lantaran belum bisa bersaing.
“Belum ngefek untuk produksinya lebih banyak, meskipun harga minyak goreng tinggi dan minyak goreng punya pemerintah tidak ada (langka, Red),” ujar pendiri IKM Al-Iffah Desa Tirtanadi Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, Zaini, Senin (6/2).
Untuk harga minyak goreng dipasaran sejauh ini dirinya belum mengetahui naik berapa. Namun untuk harga minyak goreng yang di produksi olehnya masih berkisaran di harga Rp21 ribu per 500 mililiter atau satu liternya Rp42 ribu. Meski demikian, belum tingginya permintaan akan minyak goreng lokal, bisa saja karena masih adanya stok lama yang tersimpan oleh pedagang.
“Kita tunggu bulan-bulan berikutnya. Walaupun sudah naik harga di pasaran, belum banyak berpengaruh sama permintaan, karena belum familiar minyak lokal kita ini,” ungkapnya.
Diakuinya belum banyak yang minat untuk minyak goreng lokal lantaran kurang dikenal oleh masyarakat. Karena jika secara kebiasaan masyarakat berubah dari minyak goreng sawit ke kelapa agak sulit. Dimana ada beberapa orang yang tidak bisa menggunakan minyak kelapa.
Sedangkan dari sisi harga tidak terlalu tinggi. Apalagi secara efisiensi pemakaian minyak kelapa ini bisa digunakan berkali-kali, bahkan dinilai pemakaian lebih irit.
“Ini sih kita berharap pemerintah mensupport teman-teman UMKM agar minyak lokal ini familiar. Sama halnya seperti peralihan penggunaan minyak tanah ke gas elpiji. Itu kan bisa dilakukan (perlu disubsidi harganya, Red),” imbuhnya.
Saat untuk bahan baku mencukupi dengan kapasitas sekali produksi 80 liter. Namun produksinya belum rutin lantaran permintaannya belum besar, hanya beberapa orang saja yang mencari. Maka dari itu dengan adanya dukungan dari pemerintah kedepannya produksinya akan lebih besar. (dpi)