Mataram (Inside Lombok) – Memasuki 2023 potensi investasi NTB diproyeksikan menarik banyak investor. Terlebih setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut oleh pemerintah pusat. Pemerintah NTB menargetkan pada tahun ini target realisasi investasi bisa mencapai Rp22 triliun.
“Insyaallah akan berpengaruh (pencabutan PPKM), khususnya untuk investor luar negeri. Target kita Rp22 triliun,” ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPMPTS) NTB, Muhammad Rum, Rabu (4/1).
DPMPTSP Provinsi NTB mencatat realisasi investasi sampai dengan Oktober 2022 sebesar Rp15,437 triliun lebih. Realisasinya melampaui target dalam RPJMD, yaitu sebesar Rp15,428 triliun pada 2022. Sedangkan pemerintah pusat menargetkan realisasi investasi di NTB sebesar Rp18,5 triliun pada 2022.
“Beberapa tahun terakhir di NTB, realisasi investasi terus menggeliat dan melampaui target ditetapkan dalam RPJMD NTB dan Pemerintah Pusat,” katanya.
Lebih lanjut, di 2020 realisasi investasi di NTB sebesar Rp11,6 triliun. Di mana angka tersebut melampaui target diberikan pemerintah pusat sebesar Rp6,065 triliun dan target RPJMD sebesar Rp11,5 triliun.
“Itu di 2021, realisasi investasi mencapai Rp14,879 triliun melampaui target pemerintah pusat sebesar Rp9 triliun dan target RPJMD Rp13 triliun,” ucapnya.
Sementara itu, setidaknya ada 6 investasi besar akan dilaksanakan di NTB sepanjang 2023 ini. Di antaranya, investasi pembangunan smelter PT. Amman Mineral di Kabupaten Sumbawa Barat dan investasi Tambang Emas Huu di Kabupaten Dompu.
Kemudian ada investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Lombok Tengah, investasi proyek kereta gantung Rinjani di Kecamatan Batukliang Utara Lombok Tengah. Serta investasi PT. Eco Solutions Lombok (ESL) di Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur dan pembangunan Hotel Kempinski di Sekotong, Lombok Barat.
“Ada smelter, tambang Huu, Mandalika, kereta gantung, hotel kempinski Sekotong dan ESL di Sekaroh,” jelasnya. (dpi)