30.5 C
Mataram
Jumat, 26 April 2024
BerandaBerita UtamaPelaku Usaha Terancam Sulit Produksi Jika BBM Naik

Pelaku Usaha Terancam Sulit Produksi Jika BBM Naik

Mataram (Inside Lombok) – Awal tahun 2022 menjadi ancaman bagi sejumlah pengusaha dengan beberapa persoalan yang dihadapi. Antara lain potensi kenaikkan harga bahan baku dan harga bahan bakar minyak (BBM). Kondisi tersebut dinilai akan banyak pengusaha terpaksa kembali berhenti beroperasi atau berproduksi.

“Kenapa berhenti produksi? Pertama situasi belum baik, karena hal tersebut sudah ada beberapa keluhan datang dari semua pihak,” ungkap Sekretaris Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) NTB, Ajeng Rosalinda, Jumat (7/1).

Kemudian, kedua kondisi pengusaha dapat dikatakan belum membaik sampai dengan saat ini. Meskipun melihat beberapa ada yang sudah beroperasional secara normal. Hanya saja dengan banyaknya hantaman-hantaman ke pengusaha akan semakin sulit bisa bertahan terutama bagi pengusaha kecil.

“Kami pengusaha kecil-kecil ini kalau semua naik bagaimana bisa bertahan, tentu saja semakin sulit,” keluhnya.

- Advertisement -

Lantaran kondisi tersebut sangat mempengaruhi pengusaha, terutama bagi pengusaha yang tidak mampu bertahan akan menutup usaha mereka. Saat ini mereka yang bertahan di tengah hantaman pandemi Covid-19 sudah luar biasa. Padahal, pengusaha baru saja kembali bergairah, tetapi kembali dihadapkan persoalan kenaikan harga di awal tahun 2022.

“Kondisi ini belum bagus tidak seperti sebelum covid. Sekarang UMKM mau siap-siap menghadapi tsunami besar informasi akan kenaikkan bahan bakar dan ini berdampak ke semua,” katanya.

Ia menilai, kenaikkan bahan bakar ini akan berdampak pada semua sektor. Terutama mereka yang memasok bahan baku kepada pengusaha, seperti pengusaha olahan ikan. Di mana nelayan akan mengeluh dengan kenaikan bahan bakar, mau tidak mau mereka menaikkan harga pada ikan mereka.

“Buat produk saya saja yang olahan ikan, itu nelayan mengeluh harga minyak naik. Hasil tangkap sedikit, kalau sudah seperti itu bagaimana kita bisa berproduksi harga bahan baku dan bahan bakar naik,” terangnya.

Bahkan, untuk kenaikkan harga baku kenaikkan sudah mencapai 100 persen. Akhirnya mereka mengurangi produksi jika memang masih mampu bertahan, jika tidak maka produksi diberhentikan dan terjadi lagi pengurangan karyawan atau pekerja.

“Bukan mungkin terpengaruh, tapi pasti akan terpengaruh kalau semua apa-apa dinaikkan,” tandasnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer