Lombok Barat (Inside Lombok) – Sebanyak tujuh Kepala Keluarga (KK) di Dusun Granada dan lima KK di Dusun Batu Rimpang, Desa Jembatan Kembar (Jakem), Lembar tergenang. Penyebabnya tidak lain luapan air sungai yang tersumbat sampah di perbatasan Lembar dengan Jakem, juga karena sedimentasi sungai yang kian parah.
Kondisi itu pun dikhawatirkan mengancam ratusan hektare lahan pertanian warga yang berpotensi tergenang. “Beberapa rumah warga tergenang karena luapan air. Sungainya tersumbat karena sampah di perbatasan Jembatan Kembar dengan Lembar,” tutur Kades Jakem, Amirullah saat dikonfirmasi, Selasa (18/01/2022).
Diterangkan, ini pertama kalinya kawasan itu tergenang kembali, setelah normalisasi sungai sepanjang 700 meter di kawasan itu dilakukan pada 2019 lalu. Sebelum normalisasi sungai dilakukan, wilayah itu diakui bisa tergenang hingga berminggu-minggu saat sedang musim hujan.
Ketika dilakukan normalisasi saat itu, kedalaman sungai masih mencapai 3 meter. Namun saat ini, kedalaman yang tersisa hanya sekitar 1,5 meter. Karena selain membawa sampah, aliran air juga membawa material tanah dan lumpur yang menyebabkan sedimentasi.
“Jakem sekarang tidak separah tiga tahun yang lalu. Karena sudah kita perbaiki irigasinya, cuma jadi persoalan kalau sudah mulai tersumbat di perbatasan Jakem sama Lembar,” ungkapnya.
“Karena di situ ada pintu air. Walaupun dibuka, kalau kondisi sampahnya banyak tetap kita akan kebanjiran. Karena airnya tidak lolos,” imbuh dia.
Amir mengaku sebelum adanya genangan, Dinas PUPR Lobar sudah meninjau kondisi sungai. Terlebih berdasar laporan desa, sudah terjadi sedimentasi di saluran sungai kawasan itu. “Satu minggu yang lalu PUPR Lombok Barat sudah turun untuk meninjau, jadi akan ada normalisasi kali, diangkat sedimentasinya,” beber Kades Jakem ini.
Menurutnya, walau saluran irigasi sudah baik, bila sedimentasi tersebut tidak dibersihkan potensi luapan air akan tetap ada. Bahkan sekitar 262 hektare lahan pertanian masyarakat pun terancam tergenang jika tidak segera dilakukan normalisasi.
Pihak desa disebutnya telah berupaya untuk memperbaiki irigasi, hingga membuka jalan tani sepanjang 4 kilometer. “Kalau dikalkulasikan irigasinya itu, maka kita butuh perbaikan sepanjang 8 kilometer irigasinya, belum kita hitung kalinya,” pungkas dia. (yud)