25.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaSepekan Mengantre Penyeberangan di Pelabuhan Gili Mas, Puluhan Sapi Peternak Mati Terkapar

Sepekan Mengantre Penyeberangan di Pelabuhan Gili Mas, Puluhan Sapi Peternak Mati Terkapar

Lombok Barat (Inside Lombok) – Puluhan ekor sapi milik peternak dilaporkan meninggal saat sedang mengantre penyeberangan di Pelabuhan Gili Mas, Lembar. Sapi-sapi itu seharusnya akan dikirim ke luar daerah, untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Jawa dan lainnya.

Sapi-sapi itu disinyalir banyak yang mati akibat terlalu lama berdiri dan berhari-hari didiamkan di dalam truk. Terlebih sudah sekitar sepekan truk-truk milik peternak menunggu jadwal penyeberangan.

Faturrahman, salah seorang pemilik sapi asal Dompu yang ditemui di Lembar mengeluhkan ketidakjelasan jadwal penyebrangan yang bisa mengangkut mereka. Kata dia, sudah lima hari ia bersama para sopir truk beserta ribuan ekor sapi itu terlantar di Terminal Segenter, Lembar.

Belum lagi kata dia, jika semakin lama menunggu, maka pengeluaran mereka pun akan terus membengkak. Karena untuk makan minum sehari, ia harus mengeluarkan biaya di luar perkiraan. Bahkan terpaksa harus membayar Rp30 ribu untuk kebutuhan air untuk sapi mereka selama menunggu di sana.

“Saya kalau begini kenyataannya sangat kecewa sekali dengan pemerintah terkait. Terutama menyangkut soal kapan jadwal penyeberangan kami ini, itu yang paling penting,” keluh Fathurrahman yang ditemui di Lembar, Senin (22/05/2023).

Lantaran, ia sudah lima hari menunggu jadwal kapal yang hendak mengangkut mereka. Bahkan, rekan-rekannya yang lain ada yang sudah menunggu selama sepekan di sana. Menurutnya, hingga saat ini, mereka belum menerima kepastian kapan akan diberangkatkan.

Terlebih, dari informasi yang diterimanya, kapal yang akan mengangkut mereka tak bisa sekaligus. Sehingga, mereka kabarnya akan diberangkatkan berdasarkan nomor antrean. “Saya heran kok tidak ada intervensi sama sekali dari pihak pemerintah. Fungsi koordinasi mereka ini tidak jalan dan sangat mengecewakan kami,” ketus dia.

Belum lagi dia harus menerima kenyataan pahit, setelah lima hari menunggu di Terminal Segenter, kurang lebih sebanyak lima ekor sapi miliknya mati terkapar. Ia dan rekan-rekannya yang lain pun semakin khawatir, karena selain bingung memikirkan pengeluaran untuk kebutuhan mereka, ada juga risiko kematian sapi ternak yang mereka bawa.

“Kalau kemudian realitanya ada yang sapi yang mati seperti sekarang ini, jelas kami merugi. Untungnya masih juga ada sapi sapi yang masih dapat disembelih, tidak terlalu berat meskipun kenyataannya merugi,” lirih Fathurrahman.

Hal senada juga dikeluhkan seorang sopir truk, Mansyur yang menyesalkan keadaan itu. Dia mengaku, perlakuan pemerintah daerah di NTB ini terlihat sangat berbeda jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya yang pernah juga ia singgahi.

“Karena perlakuan di daerah luar NTB, pelayanan sapi itu diutamakan, sejatinya seperti itu. Sebab sapi ini bahan pokok. Tapi ini kok kami ditelantarkan seperti ini. Makanya mau ngomong semakin bingung adanya,” ungkap Mansyur kecewa. (yud)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer