27.5 C
Mataram
Kamis, 2 Mei 2024
BerandaBerita UtamaSungguh Memesona, Atraksi Peresean dan Musik Reggae Ada di Tengah Laut Gili...

Sungguh Memesona, Atraksi Peresean dan Musik Reggae Ada di Tengah Laut Gili Gede

Live musik reggae, pertunjukan peresean dan lomba perahu layar dalam festival air di tengah laut Gili Gede, Sekotong. Minggu (14/11/2021). (Inside Lombok/Istimewa).

Lombok Barat (Inside Lombok) –

Festival Air Lombok Barat tahun 2021 berhasil digelar di tengah laut Gili Gede, Sekotong. Berbagai atraksi yang dipertunjukkan di atas air berhasil menghipnotis wisatawan. Terlebih, ini kali pertama di Lobar atraksi peresean dan konser musik reggae digelar di tengah laut.

“Berbicara pariwisata kan itu berkaitan dengan bagaimana kita bisa menjual sesuatu yang unik. Termasuk yang kita sajikan, permainan musik di atas air, ini kan sangat jarang,” kata Abubakar Abdullah selaku pemilik Tamarind Resort, tempat terselenggaranya festival air, Minggu (14/11/2021).

Ia mengaku, festival air yang unik itu merupakan inovasi bersama dengan berbagai sektor. Termasuk juga para warga Sekotong yang akhirnya turut terlibat dalam pementasan tersebut.

- Advertisement -

“Ini kolaborasi kita untuk bisa menyajikan atraksi yang bisa dinikmati para wisatawan,” ujarnya. Dengan menonjolkan tradisi lokal, pagelaran itu berhasil memukau para wisatawan dan warga Gili Gede sendiri yang berbondong-bondong datang dengan perahu.

Berbagai atraksi tradisi lokal yang disuguhkan dalam pagelaran itu. Antara lain peresean yang dimainkan langsung oleh para pemuda Sekotong. Kemudian lomba layang-layang yang diikuti oleh anak-anak di sana, serta lomba perahu layar yang diikuti puluhan nelayan dan boatman setempat.

Selain ditujukan untuk menghibur para wisatawan lokal, pagelaran itu ke depannya diharapkan dapat menjadi ikon pariwisata yang layak dijual kepada wisatawan mancanegara. Dengan begitu kearifan lokal budaya setempat dapat diperkenalkan secara langsung.

Abu menyebut atraksi yang dilakukan merupakan ucapan salam kepada para wisatawan yang akan datang menonton World Superbike. “Karena presiden sudah mengatakan bahwa Lombok ini adalah gerbang internasional, dan kita sudah bisa menyambut peluang itu. Melalui atraksi ini kita ingin sajikan kepada semua orang di dunia, untuk bisa hadir menikmati keunikan dan keindahan alam di Lombok Barat,” bebernya.

Melalui festival air ini, ia ingin menghidupkan kembali kearifan lokal yang ada. Termasuk untuk menunjukkan, bahwa Indonesia adalah negara maritim.

Bahkan, okupansi di resort miliknya pun diakui penuh pada saat pagelaran kemarin. “Ini saya yakin akan punya multiplier effect, untuk membangkitkan kembali gairah ekonomi yang ada di daerah kita,” ungkapnya.

Sehingga ia menyemangati para pelaku wisata di Lombok Barat untuk tetap optimis dan berinovasi. Di tengah kondisi pandemi ini, masih ada harapan untuk sama-sama bangkit memulihkan kembali perekonomian.

Sekda Lobar, H. Baehaqi yang juga hadir dalam festival itu mengaku terpukau dengan berbagai atraksi yang disajikan. Dirinya pun mengucapkan selamat kepada Dispar Lobar dan bangga atas terselenggaranya festival air tersebut.

“Ini juga sebagai upaya untuk membangkitkan kembali pariwisata Lombok Barat ini melalui hastag #kesekotongaja,” ujar Baehaqi.

Dirinya menilai, festival ini sudah berhasil mengangkat kembali kebudayaan yang ada. Karena dalam pariwisata, kata dia, yang dijual tidak hanya keindahan alam. Tetapi juga kebudayaan lokal setempat.

“Kita berharap pariwisata di Lombok Barat bisa hidup kembali seperti sebelumnya,” imbuh dia. Selama ini, pariwisata disebut Baehaqi, telah berfungsi sebagai lokomotif untuk berbagai kehidupan perekonomian di daerah.

Dengan semakin banyaknya event pariwisata, terlebih sebulan terakhir sejak berbagai event diselenggarakan oleh Dispar Lobar untuk menyambut WSBK, kini geliat perekonomian di Lobar mulai terlihat. “Kita berharap agar pelaku wisata maupun wisatawan tetap berpegang pada Prokes,” pesannya.

Sementara itu, Kadis Pariwisata Lobar, H. Saepul Akhkam mengatakan festival air ini sebagai langkah edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Karena rangkaian yang ditampilkan merupakan tradisi lokal.

“Ini adalah aspek yang ingin kita capai, agar masyarakat menyadari. Bahwa membangun kepariwisataan yang berkelanjutan itu harus berbasis masyarakat,” pungkasnya. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer