Lombok Tengah (Inside Lombok)- Warga lingkar bandara kembali meneriakkan Bandara Internasional Lombok (BIL) harga mati.
Hal itu dilakukan saat aksi demonstrasi penolakan perubahan nama bandara, Minggu (15/11/2020) siang di depan Bandara yang berada di desa Tanak Awu itu.
Warga yang berada dari desa Tanak Awu dan sekitarnya tersebut menolak keras rencana Pemprov NTB dalam hal ini Dinas Pariwisata yang akan menambah branding nama bandara Lombok Internasional Airport (LIA) menjadi Zainuddin Abdul Madjid Lombok Internasional Airport (ZAMLIA).
“Tidak ada pergantian. BIL harga mati”,kata salah satu tokoh masyarakat desa Tanak Awu, Lalu Saifuddin dalam orasinya.
Menurut dia, tidak ada kesepakatan yang terjadi antara pemerintah dengan tokoh agama maupun tokoh masyarakat yang ada di desa Tanak Awu mengenai perubahan nama bandara tersebut.
“Tidak ada musyawarah yang terjadi antara pemerintah dengan para tokoh masyarakat yang ada di sekitar Bandara”,katanya.
Pemerintah provinsi diminta untuk tidak memaksa mengganti nama bandara dan memperkeruh suasana di tengah masyarakat di tengah gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 ini.
“Pemerintah jangan memperkeruh suasana dengan adanya pergantian nama bandara ini”,katanya.
Warga lainnya, Lalu Arik menilai kalau perubahan nama bandara di tengah Pilkada ini diduga sengaja dilakukan oleh Pemprov NTB. Padahal, masyarakat sejatinya sedang butuh situasi yang kondusif menuju hari pencoblosan 9 Desember nanti.
“Kami tidak mau dilecehkan di tanah leluhur kami karena hal ini. Kami tidak mau”,tegasnya.
Pemprov NTB, lanjutnya, seharusnya memanggil tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat untuk berembuk masalah perubahan nama bandara itu. “Tapi nanti setelah Pilkada dibicarakan. Jangan ambil alih secara paksa tanpa ad tutur kata”, katanya.