Mataram (Inside Lombok) – Musim panen padi di NTB sudah mulai berlangsung, meskipun belum merata. Namun setidaknya panen kali ini berpengaruh terhadap harga beras dipasaran mulai turun. Mulainya panen perum Bulog NTB mulai dengan tugasnya melakukan penyerapan beras.
Pada panen kali ini, Bulog membeli beras ataupun gabah petani menggunakan skema komersial. Dengan menggunakan skema ini juga menjadi pembelian harga beras oleh Bulog berbeda-beda di setiap daerah, karena harganya ditentukan oleh pasar.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB, Abdul Aziz mengatakan Bulog NTB saat ini bisa menyerap beras petani dengan skema komersial tentunya ini harganya di atas HPP (harga pembelian pemerintah). Diketahui, HPP saat ini Rp5 ribu per kilogram (kg) setara gabah. Naun Menteri Pertanian ada usulan bahwa HPP akan ditinjau kembali.
“Selama ini HPP Rp5 ribu per kg Gabah Kering Panen (GKP), dan Gabah Kering Giling (GKG) Rp6.1 ribu per kg ditingkat petani dan di penggilingan Rp6.2 ribu sedangkan di Gudang bulog Rp6.3 ribu. Saat ini Bulog tengah beli juga dengan harga Rp7 ribu, sedang menyerap juga,” ujar Aziz, Senin (1/4).
Disebutkan, sekarang ini musim panen padi baru di beberapa tempat saja. Tentunya dengan harapkan, yang lainnya bisa segera panen sehingga harga beras, ketersedian beras bagi masyarakat harganya kembali normal dan mencukupi ketersediaannya. Artinya tidak memungkinan menimbulkan kekhawatiran, karena tidak tersedianya beras. “Sekarang kan kita masih spot-spot panen ini, belum panen raya. Mudah-mudahan bisa segera panen,” imbuhnya.
Di sisi lain, saat ini Perum Bulog baru menyerap sekitar 4 ribu ton beras dari target sekitar 70 ribu ton yang harus diserap. Penyerapan beras atau gabah dari petani setiap tahun dilakukan, terutama setiap masa musim panen. Agar gabah petani tidak dijual keluar daerah. Namun untuk pembelian menggunakan skema komersial. Dimana harga mengikuti harga pasar.
“Kalau kita tidak menggunakan komersial nggak menyerap-menyerap nanti. Kalau peluang pasar banyak Sampai saat ini pengadaannya masih seret artinya ada beberapa daerah yang terganggu panennya,” kata Pimwil Perum Bulog NTB, Raden Guna Dharma. (dpi)