26.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaEkonomiWaspada Beras Picu Lonjakan Inflasi

Waspada Beras Picu Lonjakan Inflasi

Mataram (Inside Lombok) – Potensi peningkatan tekanan inflasi di NTB, baik itu dari sisi produksi, distribusi, serta kondisi global masih perlu diwaspadai. Beberapa komoditas seperti beras dan cabai rawit pun bisa memicu terjadinya lonjakan inflasi bulanan.

Berdasarkan data yang ada, inflasi tahunan NTB Oktober 2023 sebesar 2,66 persen (yoy), lebih tinggi dari capaian nasional 2,56 persen (yoy) namun masih dalam rentang sasaran. Oleh karena itu, sinergi konsistensi pengendalian inflasi perlu terus dilakukan untuk mencapai target inflasi 2023 pada rentang 3±1 persen(yoy) hingga akhir tahun.

“Hal ini tentunya patut untuk kita waspadai mengingat beras memiliki bobot yang tinggi (4,13 persen). Dari pantauan kita selama 2022-2023 bahwa beberapa komoditas pangan terpantau persisten menyumbang inflasi, diantaranya telur ayam ras, tomat, minyak goreng, daging ayam ras, bawang merah, beras, cabai rawit, bawang putih,” ujar Kepala Perwakilan BI NTB Berry Arifsyah Harahap, Selasa (14/11).

Meski mayoritas dari komoditas tersebut tekanan inflasinya cenderung menurun dari tahun sebelumnya, masih terdapat beberapa komoditas yang tercatat mengalami kenaikan tekanan inflasi bulanan, seperti beras dan cabai rawit. Kendati demikian, sekarang ini pemerintah dan stakeholder lainnya selalu berkolaborasi melakukan operasi pasar.

“Kita sudah melakukan operasi 420 kali, kita masih sisa sebulan. Kita lakukan operasi untuk menjaga ekspektasi masyarakat bahwa sebenarnya barang-barang kebutuhan itu, jadi tidak perlu masyarakat melakukan penimbunan,” terangnya.

Lebih lanjut, agar masyarakat dapat berbelanja secara bijak sehingga tidak menyebabkan kekhawatiran barang kebutuhan tersebut tidak ada, termasuk beras. Dengan operasi pasar ini menyakinan masyarakat bahwa ketersedian beras itu masih ada. “Kalau beras itu tidak ada, bukan hanya harga yang kena. Tapi keamanan agar tidak terjadi kerusuhan, itu harus dijaga,” ucapnya.

Berdasarkan komoditasnya, inflasi yang terjadi terutama didorong oleh kenaikan inflasi kelompok transportasi sejalan dengan kenaikan tarif angkutan udara dan penyesuaian harga bensin. Kemudian dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga tercatat menyumbang inflasi seiring dengan kenaikan harga beras dan cabai rawit. Di sisi lain, inflasi lebih tinggi cenderung tertahan oleh penurunan harga komoditas perikanan serta telur ayam ras.

“Berdasarkan data PIHPS, pada awal November beberapa harga komoditas pangan khususnya hortikultura mulai mengalami kenaikan, antara lain cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. Dipengaruhi karena telah berakhirnya puncak masa panen dan mulai masuknya musim hujan yang berpotensi mempengaruhi produksi,” paparnya.

Sementara itu, dari pemantauan harga beras pada PIHPS nasional di NTB maupun di beberapa provinsi lainnya menunjukkan bahwa tren kenaikan harga beras terjadi pada September 2023 seiring dengan kenaikan harga HET beras sesuai dengan Zona 1 : Beras Medium Rp10.900 dan Beras Premium Rp13.900. Secara khusus, beras kualitas medium di NTB telah berada di bawah HET dan beberapa Provinsi lainnya.

“Untuk beras kualitas Premium, harga di NTB masih sedikit di atas HET yakni sebesar Rp14.500 per kg sedangkan beras medium Rp 10.400 per kg. Seiring dengan kondisi tersebut, optimalisasi penyaluran Beras SPHP masih perlu dilakukan monitoring lebih lanjut serta dapat difokuskan untuk dilakukan di titik pasar tradisional strategis,” jelasnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer