Lombok Barat (Inside Lombok) – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lombok Barat (Lobar) mencatat calon legislatif (caleg) muda mendominasi daftar calon sementara (DCS) untuk pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang. Angkanya bahkan mencapai 60 persen dari 732 orang caleg yang diajukan pada tahap awal.
“Termasuk pada komposisi caleg di DCS, diwarnai oleh caleg muda,” ujar Ketua KPU Lobar, Bambang Karyono saat dikonfirmasi belum lama ini. Kendati, kemungkinan komposisi itu berubah diakui masih ada, mengingat akumulasi pasti yang masuk dalam daftar calon tetap (DCT) untuk pileg 2024 mendatang akan disimpulkan di November mendatang.
“Belum sampai sana (melihat perbandingan caleg muda pada pileg 2024 dan pileg 2019), karena masih belum DCT,” jelasnya. Ia menilai, semakin banyaknya caleg muda yang terlibat dalam kontestasi pileg kali ini justru dapat menjadi penggerak dan penarik minat serta kesadaran para pemilih muda untuk tidak apatis dalam perpolitikan saat ini. “Dengan dominannya caleg muda, itu sudah secara otomatis menjadi mesin penggerak untuk memengaruhi suara pasti kaum muda,” terang Bambang.
Saat disinggung apakah para bacaleg muda tersebut adalah mereka yang orang tuanya politisi, Bambang mengaku belum menelusuri hingga ke arah sana. “Belum kita telusuri sampai sana,” singkatnya.
Salah seorang bacaleg muda Lobar, Azalea Annisa Rengganis mengakui keikutsertaannya dalam pileg kali ini karena keinginannya untuk dapat membantu masyarakat di daerahnya. Selain terinspirasi oleh sang ibu yang juga merupakan salah satu politisi senior di Lobar.
“Kita anak muda ini malah harusnya punya lebih banyak peluang untuk bisa membantu orang-orang. Pertama dari segi fisik, yang muda biasanya lebih kuat, terus dari pemikiran juga, ide-idenya akan lebih kreatif, bisa lebih banyak menyumbangkan pikiran yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh orang-orang yang lebih tua. Dan lebih terbuka terhadap perubahan,” ujar perempuan 25 tahun itu.
Menurutnya, dalam politik anak muda memang dituntut untuk lebih banyak belajar. Hal itu sebagai sarana untuk menggali potensi dan peluang yang lebih banyak lagi sebagai bekalnya. “Dengan kita masuk di politik, di legislatif itu kan tujuan kita, pertama biar bisa masuk ke institusi, jadi bisa lebih mudah membantu orang, dan orang lebih mudah percaya sama kita karena sudah terstruktur,” terangnya.
Meski memiliki pengalaman berorganisasi, Azalea mengaku butuh adaptasi untuk ikut kontestasi politik. Terlebih jika nantinya terpilih, ia akan berada di posisi yang terlibat dengan kepentingan banyak orang, terutama masyarakat. “Karena politik itu sangat dinamis, gak bisa ketebak. Cuma memang itu jadi tantangan sendiri,” ungkapnya.
Selain itu, ia memandang perempuan yang maju dalam kontestasi politik itu juga memiliki privilege. Karena memiliki hati yang lebih besar. Sehingga kepekaan terhadap kondisi masyarakat, bisa menjadi salah satu modal untuk lebih dekat dengan mereka. (yud)