Lombok Tengah (Inside Lombok) – Beberapa lahan pertanian di Lombok Tengah (Loteng) kesulitan memenuhi kebutuhan air irigasinya. Menyikapi kondisi itu, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Loteng mengklaim potensi irigasi di kabupaten tersebut saat ini tidak mengalami perubahan, meski memang penyaluran air ke sejumlah wilayah tahun ini mengalami kendala, karena ada perbaikan jaringan irigasi di Jurang Sate oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) NT 1.
“Menyelaraskan pengerjaan fisiknya dengan kebutuhan tanam (petani), itu yang sulit. Karena dalam pengaturan pola tanam ini masyarakat harusnya serempak,” ujar Kepala Dinas PUPR Loteng, Lalu Rahadian.
Menurutnya, wilayah di Loteng memiliki kebutuhan air yang bervariasi sehingga menyulitkan pengaturan. Selama musim tanam kedua tahun ini saja, wilayah yang diusulkan untuk menanam padi hanya sebagian saja, karena air irigasi terbatas. Namun sebagian masyarakat tetap menanam padi karena mengandalkan air hujan yang masih turun.
“Kalau seragam kan kita bisa atur kebutuhan airnya di bulan tertentu. Sedangkan kondisi saat ini sudah masuk musim kering dan tanaman petani banyak yang terancam puso karena kurangnya pasokan air,” imbuhnya.
Dikatakan, kalau kesepakatan tentang pengaturan pola tanam dan tata tanam ini diikuti, maka dipastikan tidak akan ada kekurangan air irigasi di Loteng. “Contoh misalnya di wilayah A hanya boleh tanam padi seluas 500 hektare, tapi fakta di lapangan mereka menanam sampai 1.000 hektare, sehingga itu yang dikatakan kekurangan air,” tegasnya.
Terkait hal itu, pihaknya akan mencoba untuk berkoordinasi dengan BWS NT 1 dan Kabupaten Lombok Barat untuk menyuplai kebutuhan air. Terutama memanfaatkan sistem irigasi yang masih terkoneksi. “Kita coba minta bantuan mereka (BWS NTB 1 dan Pemda Lobar) supaya agak besar dibuka (pintu air) saat petani butuh,” tandasnya.
Selain itu, pihaknya telah membentuk komisi irigasi untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan air irigasi. Komisi itu beranggotakan unsur Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan GP3A. Tugas utamanya adalah menyusun pola tanam dan tata tanam secara bersama-sama yang disesuaikan dengan potensi irigasi yang tersedia. (fhr)