21.5 C
Mataram
Selasa, 14 Mei 2024
BerandaLombok TengahRibuan Masyarakat Loteng Tumpah Ruah Ikut Perang Timbung di Desa Pejanggik

Ribuan Masyarakat Loteng Tumpah Ruah Ikut Perang Timbung di Desa Pejanggik

Lombok Tengah (Inside Lombok) – Ribuan masyarakat dari berbagai daerah di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) tumpah rumah menyaksikan dan ikut dalam Festival Perang Timbung di Desa Pejanggik, Kecamatan Praya, Loteng. Ketua Panitia Festival Perang Timbung, Lalu Purna mengatakan festival saling lempar menggunakan timbung ini memang menjadi tradisi masyarakat Pejanggik.

“Perang Timbung ini memang dikhususkan untuk masyarakat Desa Pejanggik,” ujarnya, Jumat (25/8/2023) di lokasi. Timbung sendiri merupakan olahan pangan berbahan dasar ketan yang dicampur dengan santan kelapa, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dimasukkan ke dalam pohon bambu lalu dibakar. Di beberapa daerah jajanan ini juga dikenal dengan nama lemang.

Dijelaskan Purna, Perang Timbung merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan sejak zaman Kedatuan Pejanggik. Cukup disayangkan pada perayaan tahun ini, ada beberapa peserta yang turut melemparkan batu saat tradisi melempar timbung dilakukan.

Ditegaskan Purna, apabila ada peserta festival yang melemparkan batu alih-alih timbung, maka pihaknya memastikan itu merupakan masyarakat dari luar Desa Pejanggik. “Kalau ada masyarakat yang menggunakan batu itu kemungkinan orang luar, (tradisi) ini dikhususkan masyarakat Pejanggik,” tegasnya.

- Advertisement -

Sementara itu, Kepala Desa Pejanggik Ahmad Nusilah, mengatakan Festival Perang Timbung tersebut akan terus berlanjut setiap tahunnya, karena hal itu sudah menjadi tradisi peninggalan Kedatuan Pejanggik.

“Event ini akan terus ada setiap tahunya sebagai salah satu cara kami masyarakat Pejanggik melestarikan budaya,” ujarnya. Ia menjelaskan, penetapan tanggal dan hari diadakannya Perang Timbung tidak serta merta dipilih oleh masyarakat. Melainkan melihat tanda khusus, baru kemudian ditetapkan oleh mangku.

“Ada Pohon Rangah. Kalau itu sudah berbunga, di situlah pemangku menghitung dan menetapkan tanggal, tapi harinya tetap hari Jumat,” tandasnya. (fhr)

- Advertisement -

Berita Populer