27.5 C
Mataram
Senin, 29 April 2024
BerandaPariwisataKamar Hotel di Kawasan Gili Gede Penuh Sampai Akhir September

Kamar Hotel di Kawasan Gili Gede Penuh Sampai Akhir September

Lombok Barat (Inside Lombok) – Masuki musim high season setelah pemerintah Indonesia resmi mencabut status pandemi Covid-19, tingkat hunian penginapan yang ada di kawasan Gili Gede, Sekotong, dilaporkan penuh. Kamar-kamar penginapan di destinasi wisata itu bahkan sudah terpesan sampai akhir September mendatang.

“Full booking itu dari Juli sampai September, tapi big seasonnya itu Juli sama Agustus,” kata Abubakar Abdullah, owner Thamarind Resort Gili Gede, menyampaikan hasil koordinasinya dengan para pelaku pariwisata di sana.

Bahkan di menyebut, dari 100 lebih kamar penginapan di Gili Gede, di musim high season ini hampir sudah tak ada kamar kosong lagi. Rata-rata wisatawan merupakan turis mancanegara.

Namun pihaknya menyayangkan belum adanya konektivitas khusus yang langsung dapat membawa penumpang dari Bali menuju Gili Gede yang disediakan pemerintah. Sehingga para wisatawan ini pun datang ke Lombok banyak yang harus menggunakan kapal ferry. “Semua boat operator itu fully booked, lewat ferry dia tamu-tamu itu. Apalagi yang di Gili Gede, sudah tidak ada yang kosong sampai 31 Agustus,” tuturnya.

- Advertisement -

Seharusnya, kata pria yang juga Ketua Komisi II DPRD Lobar ini, momentum ini dapat membawa angin segar. Terlebih jika konektifitas yang langsung dapat membawa penumpang ke Gili Gede dapat berjalan.

“Ini artinya bahwa ada optimisme, ekonomi kita ini mulai pulih kembali. Dan harus optimis lah Lombok Barat ini kalau dia benar-benar fokus,” tegas dia. Sehingga dalam setiap kesempatan, dirinya selalu mengingatkan pemda supaya pembenahan infrastruktur pendukung pariwisata ini dijadikan skala prioritas oleh Pemda Lobar.

Besarnya pelung kunjungan wisatawan ke wilayah Lombok Barat, harus mampu ditangkap dan dimanfaatkan. “Kalau daerah ini (Lombok Barat, Red) mau meningkatkan PAD-nya. Itu hitungan matematikanya jelas,” imbuh dia.

Dicontohkan, misalnya kunjungan wisatawan ke kawasan Gili Gede per harinya sekitar 1000 orang dan belanja per orangnya sekitar Rp1 juta, maka ada sekitar Rp1 miliar uang yang akan beredar di satu kawasan wisata tersebut. Di mana 10 persennya akan masuk ke kas daerah.

Jika pemda tetap tak memiliki fokus serius dalam pengemabangan ifrastruktur pendukung pariwisata, Abu menilai akan banyak kesempatan yang sebenarnya dapat meningkatkan PAD. Namun justru bisa berakhir sia-sia.

“Kalau mau daerah ini maju, ya segera lakukan langkah-langkah transformatif. Kalau bicara konektifitas, ya konektifitas yang orientasinya bisa mendongkrak peningkatan PAD,” pesannya. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer