Lombok Utara (Inside Lombok) – Persoalan krisis air di Gili Meno menjadi sorotan banyak pihak. Pasalnya situasi yang muncul menjadi hal krusial, karena mengganggu aktivitas masyarakat maupun pariwisata di wilayah tersebut. Pengamat pariwisata sekaligus Dewan Pakar Bidang Pariwisata TKN Prabowo-Gibran, Taufan Rahmad pun mengusulkan beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan pemerintah setempat mengatasi krisis air di wilayah destinasi wisata tersebut.
Menurut Taufan, pihaknya telah mendapatkan banyak laporan dari pelaku pariwisata di Tiga Gili terkait hal ini. Hal itu pun sudah dikoordinasikan dengan beberapa pihak terkait di tingkat pusat dan daerah. “Kami sangat prihatin dengan krisis air bersih yang sedang melanda Tiga Gili. Situasi ini tidak hanya berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, tetapi juga pada sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah tersebut,” ujarnya, Jumat (7/6).
Guna mengatasi krisis air bersih ini, ada beberapa langkah konkret yang dapat segera dilakukan, baik oleh warga, pelaku pariwisata, maupun pemerintah. Salah satunya menyediakan tangki-tangki air darurat di berbagai titik di Tiga Gili untuk memastikan pasokan air bersih sementara bagi penduduk dan wisatawan.
Solusi lainnya, dengan memastikan infrastruktur pengelolaan air yang ada diperbaiki dan dirawat dengan baik, serta mempercepat pembangunan infrastruktur baru yang lebih efisien. “Selanjutnya, mengajak sektor swasta yang bergerak di bidang teknologi air bersih untuk berkolaborasi dalam menyediakan solusi inovatif, seperti pemasangan instalasi desalinasi air laut,” tuturnya.
Edukasi tentang penghematan air kepada masyarakat dan pelaku usaha pariwisata di Tiga Gili untuk memastikan penggunaan air yang bijak dan berkelanjutan juga bisa dilakukan. “Kita harus bertindak cepat dan tepat untuk mengatasi krisis ini agar tidak semakin parah dan mengganggu perekonomian serta kehidupan masyarakat di Tiga Gili. Bersama-sama menemukan solusi yang terbaik demi kebaikan semua pihak,” imbuhnya.
Selain itu, diharapkan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) dan Pemerintah Provinsi NTB untuk segera duduk bersama dengan para stakeholder pariwisata di Gili guna mencari solusi cepat untuk mengatasi masalah ini. “Kami juga meminta pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) untuk segera turun tangan dan mendorong para pemegang kebijakan di daerah, baik di Kabupaten Lombok Utara maupun di Provinsi NTB, untuk mengatasi persoalan ini dengan tuntas,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata KLU, Denda Dewi Treni Budiastuti mengatakan dampak luar sangat luar biasa yang dirasakan sangat memberatkan sekali apalagi untuk tamu hotel dan restoran. Tak hanya itu, berdampak juga terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Gili Meno karena hal tersebut. “Kunjungan sangat turun drastis dan rata rata yang di Gili Meno ini menginapnya di Gili Air dan Trawangan, karena paket wisatanya itu ada kunjungan ke Gili Meno,” ujarnya.
Hampir seluruh industri pariwisata disana merasakan dampaknya. Kendati demikian, diharapkan persoalan krisis air ini bisa segera terselesaikan dan kondisi pariwisata maupun kunjungan kembali membaik. Apalagi sebentar lagi memasuki masa high season pada Juli, Agustus. “Kami juga sudah ikut hearing kemarin, mudah-mudahan segera ada solusi terbaik dan segera disikapi oleh semua pihak,” demikian. (dpi)