29.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaPeristiwaPilu Keluarga Anak 9 Tahun yang Dibunuh Ayah Sendiri, Ibu Minta Pelaku...

Pilu Keluarga Anak 9 Tahun yang Dibunuh Ayah Sendiri, Ibu Minta Pelaku Dihukum Mati

Mataram (Inside Lombok) – Kesedihan mendalam menyelimuti keluarga anak 9 tahun yang menjadi korban pembunuhan ayahnya sendiri di Karang Kemong, Cakranegara Barat, Mataram. Diduga karena emosi sesaat, tersangka inisial S (42) tega menganiaya anak kandungnya sendiri hingga meninggal dunia.

Ibu kandung korban, Fitriani sangat terpukul atas kepergian putri pertamanya yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang itu. Siapa sangka, ia yang baru saja rujuk dengan mantan suaminya harus setelah sekian lama berpisah justru mendapati sang suami membunuh anak mereka sendiri.

Atas kejadian tersebut, Fitriani meminta kepada pihak kepolisian agar pelaku alias suaminya sendiri dihukum mati. Melihat jasad anaknya dimasukan ke dalam mobil ambulan, seketika membuat sang ibu jatuh pingsan.

“Saya minat dia dibunuh (hukuman mati, Red), karena saya tidak pernah melihat seorang bapak tega siksa anak sendiri. Hanya hukuman mati yang pantas buat dia, saya tidak terima, saya capek bekerja, kok anak saya dibunuh,” ungkap Fitriani, Senin (23/10).

Sang ibu tidak terima atas perbuatan keji sang suami yang tega merenggut nyawa anaknya. Seperti diketahui, ia dan sang suami sempat berpisah sejak anaknya masih berumur setahun, dan baru rujuk kembali beberapa minggu lalu, setelah anaknya berumur 9 tahun. Selama itu, Fitriani lah yang merawat sang putri dengan penuh kasih sayang.

Setelah kembali bersama itu, pelaku pun sering menegurnya agar tidak memberikan uang pada korban. Padahal sudah bertahun-tahun, bahkan hingga rujuk pun, pelaku tidak pernah memberikan uang. “Apa yang yang saya kasih kepada anak saya dia melihat saja, dia bilang jangan terlalu banyak kasih uang, (padahal) dia tidak pernah kasih apa yang saya kasih ke anak saya,” tuturnya.

Tiga minggu sebelumnya S disebutnya datang dari Dompu ke rumah Fitriani di Kota Mataram dengan niatan ingin rujuk. Lantaran niat baik tersebut, ibu korban menerima dan menyetujui. “Awalnya saya kira tabiatnya baik sama saya dan nikah lagi sama keluarga besar saya. Mungkin ada cekcok dengan anak saya yang kecil ini, dia sering dijawab apa-apa yang dibilangin,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Lingkungan Karang Kemong sekaligus paman korban, Muhammad Taufik mengaku terkejut mendengar keponakannya meninggal di tangan ayahnya sendiri, bukan karena terjatuh di kamar mandi. Bahkan sebelum kejadian, dirinya bersama pelaku dan korban tengah asyik ngobrol pada Sabtu sore.

“Saya sampai tidak bisa menahan emosi pada waktu itu, karena melihat keadaan ponakan saya. Saya rasa tidak masuk diakal, saat itu anak itu sama saya, sama orang tuanya juga ada di situ,” ujarnya.

Menurutnya, korban dikenal sebagai sosok anak periang dan mudah bergaul dengan teman-temannya, bahkan korban paling disayang oleh neneknya, yang telah meninggal sembilan hari yang lalu. “Dia orangnya periang dan mudah bergaul, dia tidak pernah cerita. Namun hanya dia sering menghindari ayahnya saja dan takut sama ayahnya,” jelasnya

Bahkan beberapa kali dirinya memberikan masukan kepada korban, agar mau menerima ayahnya. Namun karena kurang mendapat kasih sayang sejak kecil, sehingga korban tidak merespon ayahnya.

“Itu saja yang selama ini dari F, mungkin karena tidak pernah ada kasih sayang ayahnya tiba-tiba bertemu seperti itu, anak seusia bisa berpikir seperti itu. Jadi saya pun kaget juga beberapa kali juga saya mengatakan supaya mendekat sama ayahnnya,” imbuhnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer