Mataram (Inside Lombok) – Parade atau pawai ogoh-ogoh kembali digelar menyambut Hari Raya Nyepi, Selasa (21/3) kemarin. Ratusan ogoh-ogoh meramaikan pawai tahunan umat Hindu. Biaya pembuatan ogoh-ogoh itu pun mencapai jutaan rupiah.
Pembuat ogoh-ogoh di Abian Barat, Ian Mahendra mengatakan biaya yang digunakan sebagian bersumber dari proposal permohonan dana di perusahaan-perusahan yang ada dan juga di banjar. Total biaya yang dihabiskan sebesar Rp7 juta. Konsep ogoh-ogoh yang dibuat tahun ini yaitu siksa dalam neraka.
“Sang hyang jogor manik. Ini kita buat sekitar 2,5 bulan. Yang paling sulit itu aksesoris dan juga anatomi tubuh,” katanya Selasa (21/3) siang.
Karena baru pertama kali digelar setelah tiga tahun vakum akibat pandemi, umat hindu sangat antusias. Satu ogoh-ogoh diikuti hingga ratusan peserta. “Ya antusias sekali ini. Karena ini tentang kreatifitas anak-anak muda dalam membuat ogoh-ogoh. Jadi setiap tahun itu beda-beda,” ungkapnya.
Peserta yang lainnya, Dewa Gede Sudiarsana sekaligus Ketua Panitia Sekha Teruna Teruni Dharma Manik Santhi mengatakan, biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp5 juta. Jumlah ini terbilang sedikit jika dibandingkan dengan tahun – tahun sebelum pandemic covid-19.
“Ini sudah terbilang irit sekali. Kita juga buatnya tidak terlalu besar. Kalau biasanya sampai Rp8-10 juta,” katanya Selasa (21/3) pagi.
Ia mengatakan, biaya yang digunakan untuk membuat ogoh-ogoh ini berasal dari dana urunan sesama banjar. Namun tidak menutup kemungkinan, ada bantuan secara perorangan yang diberikan sebagai tambahan dana pembuatan ogoh-ogoh.
“Kita buatnya kurang lebih sebulan. Lumayan lama sih karena ini yang paling rumit itu di kepala dan bagian-bagian kecilnya,” terangnya.
Pelaksanaan kembali pawai ogoh-ogoh ini sangat ditunggu. Karena melalui pelaksanaan ogoh-ogoh bisa meningkatkan kreatifitas anak-anak muda dalam proses pembuatannya. Karena ratusan ogoh-ogoh yang akan diarak, memiliki berbagai macam bentuk.
“Ini bagus untuk mempertahankan kebudayaan. Ini juga bisa meningkatkan kreasi anak-anak muda,” katanya.
Menurutnya, pelaksanaan Hari raya Nyepi tanpa dirangkaikan dengan pawai ogoh-ogoh dianggap kurang meriah. “Jadi kan tahun ini digelar kembali, kita semangat untuk membuatnya,” ungkapnya.
Melalui pawai ogoh-ogoh generasi muda hindu bisa belajar lebih banyak tentang sejarah. Karena sebelum pembuatan ogoh-ogoh, biasanya akan mencari referensi tentang tokoh-tokoh dalam sejarah-sejarah agama hindu. Ditegaskannya, segala macam bentuk ogoh-ogoh yang dipamerkan tidak buat secara asal-asalan tanpa makna.
“Kita mengambil dari dari cerita-cerita lama. Misalnya Ramayana gitu. Selain itu, adanya ilmu ini dari sini gitu. Kita juga buatnya tidak asal-asalan,” tegasnya. (azm)