Mataram (Inside Lombok) – Elektabilitas calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), Ganjar Pranowo dan Mahfud MD kembali menempati posisi teratas di kalangan pemilih dari Generasi Z (Gen Z) atau pemilih pemula. Hal itu berdasarkan Survei Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Ikatan Alumni (IKA) Muda Universitas Padjadjaran (Unpad).
Survei tersebut dilakukan pada periode 7-18 November 2023 di Bandung Raya, meliputi Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang. Sasaran responden survei mencapai 1.132 orang, menggunakan multistage random sampling dengan margin of error 2,97 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Berdasarkan hasil survei, mayoritas kelompok muda dari Gen Z memilih pasangan Ganjar-Mahfud sebagai pemimpin Indonesia di pilpres 2024 mendatang. Rincian survei antara lain 43,1 persen responden memilih Ganjar-Mahfud, disusul 30,4 persen memilih pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, serta di tempat terakhir 26,5 persen memilih pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Meski jarak persentase antar pasangan calon (paslon) terbilang cukup jauh, Ketua IKA Muda Unpad, Fuad Rinaldi menilai dari hasil survei itu masing-masing paslon masih memiliki peluang sama jika ingin merebut suara Gen Z. Pasalnya, tidak ada satupun pasangan capres-cawapres yang melampaui 50 persen suara responden survei. Namun, posisi teratas dari elektabilitas berdasarkan survei yang diisi pasangan Ganjar-Mahfud membuka peluang pasangan nomor urut 3 itu untuk memenangkan hati kelompok muda.
Hal ini menjadi modal penting, terutama jika pasangan Ganjar-Mahfud bisa memperluas elektabilitasnya hingga ke Generasi X. “Ketiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden memiliki kesempatan sama dalam memenangkan Pilpres 2024, tetapi kami melihat potensi kemenangan satu putaran ada pada Ganjar Pranowo dan Mahfud MD,” ujar Fuad dalam keterangannya, seperti dikutip dari sindonews.com.
Dilanjutkan Fuad, jika pilpres berlangsung dua putaran, maka pasangan Ganjar-Mahfud berpeluang menang, dengan catatan penetrasi soft campaign hingga hard campaign yang dilakukan bisa memengaruhi dan menarik suara dari basis pasangan capres-cawapres yang gugur di putaran pertama.
Diakui pihaknya, melihat pilpres yang akan dilakukan kurang dari tiga bulan lagi, maka sulit bagi masing-masing paslon untuk menang satu putaran. Karena itu, komunikasi elit politik juga menjadi kunci untuk membangun koalisi dan menyiapkan diri untuk putaran kedua pilpres.
“Melihat Pilpres dilaksanakan kurang dari tiga bulan lagi, sulit bagi capres-cawapres manapun menang satu putaran. Sehingga, komunikasi yang baik para elite politik sangat penting untuk membangun koalisi di putaran kedua,” kata dia. (r)