Lombok Barat (Inside Lombok) – Sebagian besar masyarakat yang terdampak bencana banjir di Lobar kini terpaksa harus mengungsi. Terlebih mereka masih trauma untuk kembali ke rumahnya. Sementara penyebab banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di sebagian wilayah kecamatan Batulayar dan Gunungsari, kini masih dalam kajian dari berbagai pihak.
“Kalau siang gini panas, kalau malam dingin, tapi kan kita belum berani pulang ke rumah,” ujar salah satu pengungsi, Marhamah, saat menceritakan perasaannya setelah tiga hari mengungsi di posko pengungsian Dusun Batulayar Utara, Desa Batulayar Barat, Rabu (08/12/2021).
Warga lainnya, Fatimah mengaku merasakan hal serupa. Ia belum berani memeriksakan kondisi rumah dan barang-barangnya yang sekiranya masih bisa diselamatkan lantaran khawatir dengan kondisi tanah yang masih labil dan cuaca yang masih tak menentu. Ia dengan tujuh anggota keluarganya memilih bertahan di tenda pengungsian untuk sementara waktu.
Kendati demikian, Fatimah telah menerima kabar dari tim evakuasi bahwa sebagian bangunan dari toko miliknya telah ikut terseret arus banjir. “Tempat jualan kita di sana habis semua, kita tidak berani ke sana karena kondisinya sudah mau ambruk ke kali,” beber Fatimah.
Ia berharap, pemerintah dapat memberikan bantuan jangka panjang. Termasuk modal untuk bisa berjualan lagi guna melanjutkan hidup. “Kita sudah tidak punya modal, uang yang di warung juga sudah hanyut terbawa arus. Dagangan yang mau kita jual juga sudah tidak ada yang tersisa,” tuturnya.
Dari lokasi pengungsian yang berbeda, Siti Juma’yah pun mengungkapkan hal yang sama. Ia bersama keluarganya dan ratusan pengungsi lain di posko pengungsian yang ada di Desa Kekait belum berani kembali ke rumah. Bahkan untuk untuk sekedar membersihkannya.
“Rumah kita dekat kali di bawah bukit, terus di sana kan rumah yang lain-lain itu juga sudah rata dengan tanah,” sebutnya.
Sementara, kondisi udara dan cuaca di pengungsian menyebabkan mereka mulai terserang flu dan batuk, terutama balita dan anak-anak. Ada juga yang sudah mulai merasakan gatal-gatal karena kurangnya akses air bersih akibat banjir di kawasan itu.
“Anak-anak nangis, tapi syukurnya sudah ada yang datang mengantarkan obat-obatan,” ucapnya. Mereka di pengungsian Desa Kekait didominasi oleh lansia dan balita, serta anak-anak. Mereka banyak membutuhkan donasi selimut dan pakaian.
“Kita butuh baju itu kan, baju kita hanyut semua ndak bisa kita pakai. Ini saja (yang digunakan) baju yang kita dikasih,” akunya.
Sementara itu, Bupati Lobar, H. Fauzan Khalid menyebut bahwa pelan-pelan warga yang mengungsi dan sekiranya tempat tinggalnya masih bisa untuk ditempati akan diarahkan pulang. Sembari melihat kondisi cuaca di sekitar lokasi.
“Sambil melihat cuaca sebenarnya ya, kita masih membiarkan mereka (di pengungsian, Red). Karena dari hasil pantauan, kajian, tim di bawah, kondisi saat ini belum membahayakan,” paparnya.
Berbagai pihak juga sudah mulai turun melakukan pembersihan secara paralel. Untuk membuka akses menuju pemukiman yang masih tertutup material banjir dan longsor.
“Sehingga kita harapkan, dua-tiga hari ke depan para pengungsi ini bisa kembali ke rumahnya,” imbuh dia.
Kondisi tanah di lokasi kejadian disinyalir masih labil, Fauzan mengatakan saat ini hal itu masih sedang dikaji oleh tim ahli. Termasuk dari dinas PUPR yang sedang turun melakukan kajian. Untuk bisa melihat kondisi di kawasan itu apakah masih aman untuk ditinggali atau tidak.
“Kalau sekiranya di sana membahayakan, tentunya akan kita relokasi,” ungkapnya. Berdasarkan laporan sementara yang diterima pihaknya, ada 10 titik lokasi terparah yang ada di kecamatan Batulayar maupun Gunungsari. (yud)