28.5 C
Mataram
Senin, 9 Desember 2024
BerandaPolitik“The Mother of All Social Problem is Kemiskinan” Jadi Ramai, Jubir Iqbal:...

“The Mother of All Social Problem is Kemiskinan” Jadi Ramai, Jubir Iqbal: Mengingatkan “Unicorn” Jokowi

Mataram (Inside Lombok) – Ungkapan “the mother of all social problem is kemiskinan” dari calon gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal belakangan jadi ramai dibicarakan. Ungkapan itu sebelumnya dilontarkan Iqbal saat menjawab pertanyaan dari calon gubernur lainnya, Sitti Rohmi Djalillah, saat debat perdana pilkada NTB pada Rabu (23/10) lalu.

Saat sesi pertanyaan antar paslon, Iqbal menjawab pertanyaan Rohmi soal strategi pemberian layanan kesehatan kepada masyarakat. Bagi Iqbal, akar dari segala permasalahan sosial di NTB adalah kemiskinan.

Saat menjawab pertanyaan itu, Iqbal langsung menggunakan istilah dengan Bahasa Inggris untuk memberikan penekanan. “Kalau saya berpikir begini, the mother of all social problem is kemiskinan. Jadi, kemiskinan adalah ibu dari permasalahan sosial yang dihadapi,” ujar Iqbal saat itu.

Ia pun menjabarkan yang dimaksudkannya adalah upaya penyelesaian masalah-masalah sosial di masyarakat harus dimulai dari penyelesaian kemiskinan terlebih dahulu. Meski begitu, ungkapan Iqbal yang menggunakan Bahasa Inggris itu menjadi ramai diperbincangkan di kanal media sosial seperti Instagram dan TikTok karena terdengar aneh.

- Advertisement -

Dalam menanggapi hal ini, Juru Bicara Iqbal-Dinda, Ahmad Munjizun mengatakan Iqbal ingin memberikan penekanan dengan menyebut masalah kesehatan sebagai masalah sosial. “Iqbal lebih memilih kata ‘kemiskinan’ daripada ‘poverty’ dengan niatan agar masyarakat lebih mengerti dan menjangkau seluruh pihak. Dengan begitu, kami harap pesan yang ada, tersampaikan ke seluruh lapisan masyarakat,” ungkapnya, Jumat (25/10).

Menurutnya, jika kemiskinan dapat terselesaikan, maka seluruh masalah sosial akan tuntas. Di sisi lain, Jizun kembali menyampaikan bahwa penggunaan istilah berbahasa Inggris yang digunakan Iqbal semata untuk memberikan penekanan, terlebih menurutnya ucapan Iqbal tidak memiliki kesalahan pengucapan.

Dilanjutkan Jizun, hal semacam ini pun pernah terjadi pada debat pilpres 2019 lalu, saat Presiden Jokowi mengucapkan narasi ‘unicorn’ kala debat dengan Prabowo pada Pilpres 2019 lalu. Saat itu, Jokowi bertanya kepada Prabowo soal cara pengembangan infrastruktur untuk mendukung perkembangan startup unicorn di Indonesia.

Sempat terjadi kesalahan persepsi antar keduanya. Sebab, Prabowo tidak cukup memahami istilah yang dipakai Jokowi. Dalam istilah perusahaan rintisan, unicorn adalah startup yang valuasinya lebih dari USD 1 Miliar atau sekitar Rp14 triliun. Alhasil, peristiwa ini pun membuat kedua belah pihak, waktu itu saling bereaksi.

“Terkadang, dalam membicarakan suatu hal yang besar, membutuhkan narasi pengikat yang bersifat menekan. Iqbal ingin memilih diksi yang tidak biasa untuk memberikan sebuah atensi,” tambah Jizun. Ia pun mengimbau kepada seluruh pihak agar tidak mudah tertipu dengan narasi-narasi dan potongan-potongan video singkat yang tidak logis. Sebab, cara-cara seperti itu, kadang kala dapat merugikan pihak-pihak tertentu. “Teman-teman, jangan tertipu dengan unggahan atau opini yang tidak pas secara logika dan akal sehat,” ujarnya. (r)

- Advertisement -

Berita Populer