27.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaAzizul dan Yulianah, Pasutri Asal Senteluk Kompak Juarai Lomba Kaligrafi MTQ NTB...

Azizul dan Yulianah, Pasutri Asal Senteluk Kompak Juarai Lomba Kaligrafi MTQ NTB 2022

Lombok Barat (Inside Lombok) – Azizul Hakim bersama istrinya Yulianah Adha punya kesamaan hobi melukis kaligrafi. Pasangan suami istri (pasutri) asal Desa Senteluk, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat ini pun sukses menjuarai lomba kaligrafi pada MTQ XXIX provinsi NTB tahun 2022 yang baru saja selesai digelar di Masbagik, Lombok Timur.

Yulianah berhasil memperoleh juara dua lomba kaligrafi pada nominasi perempuan. Sementara, Azizul sendiri menjadi juara unggul yang nantinya akan mewakili NTB pada MTQ tingkat nasional, yang akan digelar di Kalimantan Selatan pada Oktober mendatang.

“Ini bisa dibilang sangat langka, karena yang banyak di bidang kaligrafi yang masuk ke nasional itu adalah orang Lombok yang lulusan Lembaga Kaligrafi Islam yang ada di Sukabumi. Itu yang banyak lolos ke nasional,” ujar Azizul saat ditemui Jumat (08/07/2022).

Namun, dirinya selalu optimis dengan kemampuan yang dimiliki. Karena dirinya selalu memegang prinsip, saat seseorang tetap bersungguh-sungguh, maka suatu saat pasti akan bisa meraih kesuksesan.

Ia bersyukur, dari enam kali MTQ yang diikutinya, ini pertama kali hasil kaligrafinya bisa melenggang hingga tingkat nasional. “Waktu babak penyisihan itu yang ditulis surah At-Tin, diwajibkan menggunakan khat naskhi. Itu adalah khat yang paling dasar. Namun tergolong kunci dari semua khat,” jelasnya.

Menurut Azizul, bila dasar dalam menulis kaligrafi tidak dikuasai, besar kemungkinan untuk tahap-tahap yang lebih tinggi selanjutnya bisa kesulitan.

Di babak final Azizul juga harus menulis khat yang diundi langsung saat itu juga di lapangan. Dirinya harus menuliskan surah Al-Muzammil menggunakan khat tsuluts. Ia dan peserta lain diberikan waktu kurang lebih delapan jam untuk menyelesaikan kaligrafi tersebut secara keseluruhan, baik dalam bidang naskah, mushaf, dekorasi dan kontemporer.

“Saat final, kesulitannya cukup banyak. Karena selama ini di kabupaten ndak pernah ada final, tapi di provinsi ada. Pertama masalah waktu, karena waktu selama lomba itu hanya diberi delapan jam, untuk pengerjaan semua khat,” bebernya.

Azizul menyebut, singkatnya waktu yang diberikan juga menyebabkan banyak peserta yang salah tulis. Karena kata dia, persaingan tidak hanya dengan lawan, tetapi juga ketelitian diri sendiri. Karena ia merasa, dirinya dan peserta yang lain memiliki kemampuan dan kegigihan yang sama tingginya.

“Cuman yang lain karena ada kesalahan-kesalahan itu, karena nulisnya kan tidak boleh ada kesalahan. Kalau ada kesalahan, poinnya dikurangi nanti,” ujarnya.

Azizul pun unggul dengan poin 855, mengungguli peserta terbaik dua dengan poin 835 dan terbaik tiga 817 poin. Karena banyak faktor yang menjadi penilaian, terutama terkait kaidah kaligrafi, baru kemudian terkait desain kaligrafi yang dibuat.

Ia pun mengakui, bahwa membuat kaligrafi yang dimulai dari nol, itu memerlukan waktu berbulan-bulan lamanya. Sehingga waktu delapan jam yang diberikan saat lomba dinilai paling cepat dibanding peraduan kaligrafi internasional. Yang perlombaannya bisa berlangsung hingga berbulan-bulan disiapkan.

“Makanya banyak kaligrafer luar negeri itu salut sama Indonesia. Karena lombanya hanya satu hari, karyanya harus selesai,” ujarnya.

Selain mengikuti perlombaan, pria yang berusia 33 tahun itu juga sering diminta untuk menuliskan kaligrafi di masjid-masjid. Seperti di Masjid Penanggak, Senteluk, Karang Kemong Mataram, hingga di Gegenit.

Bahkan, ia dan istrinya sering menulis kaligrafi berdua menggunakan kanvas. Hasilnya biasanya dijual dan dipromosikan melalui situs online.

Jauh sebelum menjadi juara dalam MTQ, Azizul menuturkan, dirinya pertama kali mempelajari kaligrafi saat masih menempuh pendidikan di Ponpes Al-Halimi desa Sesela, pada 2003 silam.

“Masuk tsanawiyah 2003, pertama kali dikenalkan dengan ilmu kaligrafi,” katanya mengenang masa-masa sekolahnya dulu.

Bahkan, saat ia baru diajarkan ilmu dasar kaligrafi. Namun, karena minat dan rasa ingin tahunya yang tinggi sehingga ia terus belajar bahkan dari senior-seniornya di sekolah. Yang materi pelajarannya sudah jauh lebih tinggi.

“Walaupun kita belum diajar yang lebih tinggi khatnya. Namun karena kita melihat hasil dari kakak-kakak kelas kita, itu yang kita ikuti. Sehingga perkembangannya lebih cepat dari teman sekelas yang lain,” ungkapnya.

Sehingga saat tamat dari Al-Halimi, Azizul langsung direkrut menjadi tenaga pengajar bidang kaligrafi juga di Ponpes Islahul Muslimin, desa Senteluk. Kendati ia merasa saat itu ilmunya masih dasar. Namun, dirinya tetap memegang prinsip bahwa, jika seorang insan mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan ajarkan ilmu yang belum diketahui.

“Jadi dari apa yang kita ajarkan, jadi ilmu pondok itu semakin matang,” akunya.

Azizul dan istrinya pun bertemu saat ia sedang mengajar dan kala itu sang istri merupakan salah satu santrinya. Adanya ketertarikan dan kecintaan yang sama pada bidang kaligrafi pun memercikkan ketertarikan diantara mereka.

“Jadi begitu lulus sekolah (madrasah aliyah), langsung tiang (saya, red) lamar,” ucapnya dihadapan sang istri yang turut mendampingi.

Untuk menuju nasional, Azizul mengaku sudah memulai persiapan dari sekarang. Terkait bagaimana desain, tulisan dan pewarnaan yang nanti dapat ia tumpahkan dalam kanvas sudah mulai dipikirkannya sejak saat ini.

Selain mengajar, pasangan suami istri ini juga saat ini tengah sibuk berjualan di pantai Duduk, Batulayar. Sementara sang istri, mengaku selalu ikut serta dalam MTQ bersama sang suami. Namun, pada MTQ tingkat provinsi tahun ini, dirinya menyabet juara dua untuk nominasi putri.

“Saya suka kaligrafi memang sejak sekolah, suka melukis dari awal,” ujarnya malu-malu di hadapan sang suami, yang dulu adalah gurunya itu. Pasangan yang sudah menikah sejak tahun 2014 lalu itu kini masih menantikan kehadiran buah hati. Di tengah kesibukan masing-masing untuk terus menggeluti kaligrafi. (yud)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer