28.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaHarga Gabah Lampaui HPP, Bulog Diminta Serap 45 Ribu Ton

Harga Gabah Lampaui HPP, Bulog Diminta Serap 45 Ribu Ton

Mataram (Inside Lombok) – Harga gabah di tingkat petani di NTB saat ini dinilai masih tinggi, melampaui harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp5.300 per kilogram. Kendati Bulog NTB diminta menyerap Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 45 ribu ton hingga akhir tahun.

Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Abdul Muis mengatakan Bulog pusat menargetkan Bulog NTB untuk menyerap sebanyak 45 ribu ton GKG atau 35 ribu ton setara beras. Hal ini memang tidak mudah ditengah kondisi ketatnya persaingan pembelian gabah di tingkat petani. Tahun 2022 ini saja Bulog NTB ditargetkan menyerap sebanyak 115.000 ton setara beras. Sementara capaian serapannya sebesar 75.000 ton setara beras, atau 95.000 ton setara GKG atau 65 persen dari total target.

“Tingginya harga gabah di lapangan menjadi salah satu tantangan Bulog NTB dalam mencapai target dengan 2022. Kami masih harus mengejar target 35 ribu ton beras, sampai akhir tahun ini atau 45 ribu ton setara GKG,” ungkap Muis, Rabu (21/9).

Lebih lanjut target penyerapan ini sudah menjadi arahan pusat agar Bulog NTB maksimal menyerap dan memperkuat stok. Di sisi lain, sejumlah wilayah di NTB sudah berakhir musim panen. Namun Bulog dituntut melakukan penyerapan semaksimal mungkin untuk mencapai target serapan.

Ia menyebutkan tingginya harga gabah di NTB dipengaruhi banyaknya permintaan kebutuhan beras dari luar NTB. Dalam melakukan penyerapan ini, bahkan Bulog harus bersaing dengan pengusaha-pengusaha dari luar yang membeli dengan harga pasar.

“Standar pembelian pemerintah (HPP) Rp5.300 per kilo harga gabah kering giling. Pengusaha-pengusaha luar itu belinya Rp5.800 per kilo. Kami membeli dengan harga fleksibilitas Rp5.600 per kilo,” paparnya.

Sedangkan ada informasi yang menyebutkan harga gabah tengah anjlok di wilayah timur NTB. Bulog meminta agar ditunjukkan dimana wilayah yang harganya anjlok, agar pihaknya yang akan membeli dengan harga standar HPP.

“Saya sudah minta kepala unit di daerah mengecek di mana harga rendah itu, kita mau beli. Tapi hasil pencarian di lapangan tidak ada harga rendah. Malah sebaliknya,” jelasnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer