Mataram (Inside Lombok) – Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri (Bakesbangpoldari) Kota Mataram, Zarkasyi menilai para pemilih pemula kurang tertarik dengan politik. Hal ini dilihat dari tingkat partisipasi pemilih pemula di Kota Mataram.
Guna meningkatkan ketertarikan pemilih pemula terhadap politik, para politisi disarankan untuk memperkenalkan partainya menggunakan digital, sehingga terlihat lebih menarik terutama untuk anak-anak muda. Karena kampanye-kampanye menggunakan metode lama kurang diminati oleh para pemuda.
“Berdasarkan pilkada yang kemarin, itu dari jumlah pemilih pemula itu ada 30 persen yang tidak memilih,” katanya, Selasa (31/1) pagi.
Karena kurang tertarik dengan partai politik, banyak generasi sekarang tidak tahu partai. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang dilakukan kepada generasi saat ini dinilai kurang tepat.
“Kita ingin menyentuh mereka. Kita sarankan kepada parpol mereka punya design sendiri tidak lagi menggunakan cara-cara konvensional,” katanya. Sosialisasi tentang pemungutan suara ini akan mulai dilakukan tahun 2023 ini dengan menyasar sekolah-sekolah. Sosialisasi lebih awal dilakukan agar lebih cepat paham tentang pemilihan di Indonesia.
Menurutnya, meningkatkan angka partisipasi pada pemilih pemula disebut cukup berat. Karena untuk menarik perhatiannya harus menggunakan dengan cara-cara yang berbeda dengan orang-orang dewasa.
“Dunia mereka ini bukan dunia orang tua. Jadi desain apa yang harus digunakan, harus bisa dilakukan masing-masing parpol atau caleg,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, platform TikTok saat ini banyak digunakan oleh masyarakat terutama para pelaku usaha. Namun minim digunakan untuk sosialisasi partai politik. Padahal, media sosial ini sedang digandrungi oleh masyarakat secara umum.
“TikTok misalnya. Memanfaatkan media TikTok untuk berkampanye. Itu positifnya tidak lagi mengumpulkan orang dalam jumlah yang banyak di satu tempat dan biaya banyak. Tapi itu efektif,” tegasnya.
Pemanfaatan media sosial untuk kampanye saat ini karena para generasi saat ini rata-rata memiliki akun media sosial. Kondisi ini harus dimanfaatkan oleh para tokoh politik agar bisa cepat diterima oleh pemilih pemula.
“Anak ini kan tidak bisa lepas dari gadget. Jadi cerdas-cerdas bagi yang membutuhkan itu. Karena mereka lebih senang membuka handphone daripada disuruh kumpul,” paparnya.
Sosialisasi akan dilakukan di semua sekolah SMA/SMK dan MA di Kota Mataram. Sosialisasi akan menyasar kelas XI-XII yang disebut sudah masuk untuk wajib memilih. “Kita sesuaikan nanti. Kalau dari sisi usia paling mulai kelas XI yang bisa masuk,” pungkasnya. (azm)